Selasa, 21 Mei 2013

Materi : TEORI PENULISAN KARANGAN ILMIAH



KARANGAN ILMIAH
1.      Pengertian Karangan Ilmiah
Ada berbagai definisi yang ditulis para ilmuwan tentang karangan ilmiah. Diantaranya, Faizah(2008:89) mengatakan  : karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang bersifat ilmiah yang mengungkapkan buah pikiran, hasil pengamatan , atau peninjauan terhadap sesuatu yang disusun menurut metode atau sistematika tertentu, dan hasil serta kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
Dan juga diantaranya dikemukakan oleh Brotowidjoyo(1958:8-9) mengatakan : karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis metodologi penulisan yang baik dan benar, serta ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya.
Jadi, Karangan ilmiah adalah suatu karangan yang ditulis berdasarkan kenyataan ilmiah yang didapat dari buah pikiran, penyelidikan-penyelidikan. Penyelidikan tersebut dapat berupa penyelidikan pustaka, laboratorium atau penyelidikan lapangan.
Pada dasarnya karangan ilmiah ditulis setelah adanya masalah yang diikuti pengumpulan kenyataan tentang masalah tersebut, analisa, dan kesimpulan yang didapat dari analisis. Dengan kata lain, karangan ilmiah adalah suatu karangan yang memuat suatu masalah yang timbul. Kenyataan-kenyataan tentang masalah tersebut, analisis dan kesimpulan. Jadi pada akhir setiap karangan selalu dikemukakan kesimpulan. Kesimpulan dapat berbentuk sesuatu yang baru atau hal yang serupa dengan penemuan sebelumnya. Dengan demikian, kesimpulan dapat memperkuat, membantah penemuan sebelumnya, ataupun sama sekali lain dari penemuan-penemuan sebelumnya.

2.   Ciri-ciri karangan ilmiah
A.                Data-data yang diperoleh haruslah dianalisis dan dikemukakan secara objektif.
Dikarenakan ini karangan ilmiah, jadi data-data yang didapat harus objektif bukan  subjektif.
B.                 Sopan dan rendah hati
Dalam karangan ilmiah perlu adanya sikap menghargai dari karya orang lain, rendah hati, seperti penggunaan kutipan, kata-kata pun harus tidakboleh sampai menyinggung peraasaano orang lain seperti pembaca.
C.                 Kejujuran ilmiah
Setiap ilmiah dikerjakan secara objektif sesuai hasil yang diperoleh, tidak dibolehkan kebohongan data atau asal-asalan karena ini akan dibaca oleh orang banyak.
D.                Jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti
Tulisan ilmiah haruslah jelas tidak bertele-tele dalam penyampaian karena itu boros dan tidak efektif, penulisan juga haruslah masuk akal, benar, baik secara empiris maupun secara logika.
E.                 Relevan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan
Penulisan karya ilmiah harus didasarkan antara masalah yang dibahas denga teori yang digunakan. Misalnya masalah yang dibahas adalah masalah teknologi, maka pendekatan, pembeberan, dan pembahasannya harus berdasarkan prinsip-prinsip dalam teknologi.
3.   Jenis Karangan Ilmiah
Pada hakekatnya semua karangan ilmiah data digolongkan sebagai laporan ilmiah, sebab semua karangn ilmiah berisikan laporan tentang suatu penyelidikan baik penyelidikan lapangan, laboratorium maupun perpustakaan. Tetapi karena materi, cara susunan, tujuan dan panjang pendeknya. Berbeda maka digunakan nama yang berbeda pula.
Diantaranya dikenal nama: laporan, naskah berkala, skripsi, tesis, disertasi, paper, buku pelajaran, module, diktat.
  1. Laporan
Sebagaiman disebutkan diatas pada dasarnya semua karangan ilmiah adalah laporan. Namun yang dimaksud laporan disini adalah karangan ilmiah yang melaporkan hasil penelitian/percobaan, pekerjaan dilaboratorium atau dilapangan. Oleh pratikum dan laporan praktek. Biasanya laporan hanya mencakup bidang-bidang tertentu yang sangat terbatas dan ditugaskan oleh dosen. Laporan ini sedikit sekali membutuhkan kepustakaan. Dengan demikian hasil-hasil atau kesimpulan yang diperoleh bukan hal yang baru
Berbeda dengan laporan research, laporan ini harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hasil atau kesimpulan yang diperoleh harus dapat memperkaya pembedaharaan ilmiah di bidangnya. Laporan research memerlukan kepustakaan, di samping untuk menghindari percobaan-percobaan dengan objek yang sama, juga untuk mendapatkan metode yang tepat untuk menganalisa data yang diperoleh.
  1. Naskah Berkala
Naskah berkala ini sering disebut dengan istilah laporan bacaan, term paper, referaat. Naskah berkala ini mempunyai sumber data pokok satu-satunya buku yang ditunjuk oleh dosen yang bersangkutan. Topik dalam naskah biasanya ditentukan oleh dosen dan menyangkut pengetahuan yang sudah diajarkan. Panjang karangan hanya beberapa halaman saja.
  1. Skripsi
Skripsi merupakan karangan yang mempunyai data dari pustaka. Dengan bahan-bahan dari pustaka diajukan suatu permasalahaan dengan batas-batasnya, data-data dengan pembahasan dan kesimpulan. Dengan kata lain, skripsi adalah karangan ilmiah yang memerlukan gambaran tentang suatu masalah dengan data-data gambaran dari pustaka dan menghasilkan kesimpulan.
  1. Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih dan ditulis oleh mahasiswa pascasarjana.
  1. Disertasi
Dalam skripsi atau tesis sumber data ilmiah diperoleh dari pustaka, sedangkan disertasi sumber data utama melalui penyelidikan laboratorium atau lapangan. Bukan berarti data dari pustaka tidak diperlukan, data pustaka juga penting untuk penentuan masalah, metode dan bahan pembanding.
Tegasnya, dalam hal sumber data, disertasi harus mempunyai paling tidak dua sumber yaitu: lapangan atau laboratorium dan pustaka.
Pada disertasi pembahasan lebih luas dan mendalam dibanding skripsi atau tesis. Dalam disertasi harus terdapat dalil-dalil, yaitu prinsip-prinsip ilmiah baru, sanggahan terhadap prinsip-prinsip lama. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar/penguji suatu pendidikan tinggi. Jika temuan penulis dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doctor.
  1. Paper(working paper)
Karangan ilmiah ini biasa disebut reading atau book report(naskah semester), biasanya paper ditugaskan oleh seorang pengajar (dosen) dalam mata kuliah tertentu pada saat semester/perkuliahan akan berakhir. Dari segi kuantitas, karangan ini tidak begitu panjang, berkisar 10-15 halaman.
  1. Buku pelajaran
Buku pelajaran merupakan bahan/materi pelajaran yang dituangkan dalam bentuk buku dan digunakan sebagai pedoman atau pengangan dalam proses belajar mengajar.
  1. Modul
Modul merupakan tulisan yang berisikan tentang uraian mata kuliah tertentu yang didasarkan pada keperluan pertemuan dalam perkuloiahan. Adapun garis besar isi dari modul adalah : tujuan khusus yang akan dicapai dalam perkuliahan tersebut, uraian secara rinci pokok bahasan, bahan pengajaran, bahan evaluasi, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan selama perkuliahan tersebut.
  1. Diktat
Dalam tulisan ini secara kuantitas lebih panjang dari modul, digunakan dalam proses belajar mengajar (perkuliahan), susunannya terurai menurut bab sesuai dengan keperluan.


4.   Manfaat Penyusunan Karangan ilmiah
Penyusunan karangan ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik dari penulis maupun bagi masyarakat. Menurut Sikumbang(1981:2-5), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut, yang intinya adalah sebagi berikut:
  1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karangan ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang akan dibahas
  2. Penulis terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
  3. Penulis akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan, seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.
  4. Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.
  5. Penulis akan memperoleh kepuasaan intelektual
  6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat
5.   Tujuh macam sikap ilmiah
Penulis karangan ilmiah sepatutnya memeiliki sikap-sikap ilmiah agar karyanga dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada masyarakat maupun kepada diri sendiri.
Menurut Brotowodjoyo(1985:33-34), orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memilki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuh macam sikap tersebut adalah sebagai berikut:
A. Sikap ingin tahu diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa demikian ? apa saja unsu-unsurnya? Bagaimana kalua diganti dengan komponen yang lain, dan deterusnya.
B. Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya; baik dengan jalan bertanya kepada siap saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
C. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain
D. Sikap objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan pribadi
E. Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan meanggapnya sebagai karya yang orisinil milik pengarangnya
F. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya
G. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap “futuristic”,yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun suatu teori baru
6.   Teknik Penulisan Karangan Ilmiah
A. Menentukan Topik
Topik berarti “subjek” atau pokok pembicaraan. Topik adalah suatu pemberian khusus, sebuah pengalaman, proses atau sebuah ide, keraf(1980:107) “topik yang akan ditulis bersumber di sekeliling kehidupan manusia”. Dalam menentukan topik perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1)   Topik tersebut layak dibahas atau ada manfaatnya bila dibahas
2)   Topik itu cukup menarik terutama bagi penulisnya
3)   Topik itu dikenal dengan baik
4)   Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai
5)   Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
B. Membatasi Topik
Pada saat pertama kali menulis, seseorang dihadapkan kepada masalah apa yang akan ditulis, berapa panjangnya tulisan tersebut. Mungkin penulis sudah mengetahui apa yang akan ditulis, namun pengetahuannya saja tentang topik itu saja belum mencukupi. Penulis harus membatasi topik agar tidak tersesat pada suatu tulisan yang tidak menentu dan tidak kunjung sampai pada titik akhir.
C. Menetapkan judul
Setelah menentukan dan membatasi topik, langkah selanjutnya yaitu menetapkan judul. Untuk menentukan judul karangan ilmiah harus diperhatikan persyaratan berikut
1)   Harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya
2)   Dinyatakan dalam bentuk frasa
3)   Usahakan sesingkat mungkin
4)   Harus jelas
5)   Dinyatakan dalam kata benda
D. Menyusun Kerangka Karangan
Selanjutnya setelah judul diterapkan. Dibuat auatu rencana atau bagan kerja (kerangka). Di dalam rencana kerja itu harus dapat dilihathudungan yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya. Kerangka karangan berisi suatu rangka yang jelas dan struktur yang teratur dari isi karangan yang akan digarap.
1)   Manfaat kerangka karangan
a)   Membantu penulis menyusun karngan secara teratur
b)   Memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan serta memungkiinkan penulis memperluas bagian-bagian tersebut
c)   Memperlihatkan atau memberikan gambaran tentang bahan yang diperlukan dalam pembahasan
d)   Menjadi patokan bekerja, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih dalam penulisan
2)   Bentuk kerangka
Sebuah kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk menambahkan topik, sebab topik maupun sub-sub topik. Sedangkan kerangka topik setiap butir dalam kerangka topik terdiri dari topik yang berupa frase
3)   Cara Penyusunan kerangka karangan
a)   Buat kerangka secara garis besar
b)   Uraikan setiap butir kedalam sub bagiannya
c)   Sub bagian dirinci kembali menjadi sub-sub bagian.
7.   Struktur Karangan Ilmiah
1.   Bagian pengantar
A. Sampul depan
B. Halaman judul
C. Kata pengantar
D. Daftar isi

2.   Bagian Naskah
A. Pendahuluan
B. Induk karangan/pembahasan
C. Kesimpulan dan saran(penutup)
3.   Bagian pelengkap
A. Abstrak
B. Daftar pustaka
C. Indeks
D. Lampiran
                Struktur karangan ilmiah diatas dapat dirangkum sebagai berikut:
  1. Bagian pengantar
1)      Sampul depan
Secara mekanis berfungsi menlindungi naskah karangan agar tidak kotor dan rusak. Di samping itu, juga berfungsi sebagai petunjuk atau pengantar karena pada sampul tersebut tertera judul karangan, penerbit, dan penulisnya.
2)      Halaman judul
Halaman judul memuat keterangan-keterangan yang lebih lengkap dari sampul. Secara umum halaman judul memuat:
A)  Judul karangan
B) Nama penulis
C) Untuk (memenuhi syarat) apa kanragan disusun
D) Nama lembaga yang menugaskan, dan
E)  Tahun penyelesaian
3)   Kata pengantar
                        Kata pengantar atau prakata, adalah bagian yang berfungsi mengantarkan uraian yang termuat dalam naskah karnagan. Pada baian ini berisikan :
A) Riwayat atau sejarah sampai ditulisnya karangan
B) Harapan-harapan dari diajukannya karangan tersebut
C) Apa yang bisa dicapai dengan penyelidikan yang sudah dilaksanakan
D)  Hambatan
E) Bantuan saran-saran
F)   Ucapan terima kasih
4)   Daftar isi
Daftar isi ibarat peta karena dengan adanya daftar isi orang dapat mengetahui pokok-pokok isi karangan dan sekaligus lokasinya. Daftar isi biasanya memuat nomor dan judul, sebab judul dan sub-sub judul serta nomor halaman dimana judul. halaman yang terdapat dalam daftar isi harus persis sama denga apa yang tertulis salam naskah.
Daftar isi dapat dibuat dalam bentuk yang seberhana dan terperinci. Untuk karangan yang tidak terlalu panjang (10-15 halaman) daftar isi dapat dibuat dalam bentuk yang sederhana, sedangkan karangan yang panjang(15 lebih halaman) digunakan daftar isi yang terperinci.
  1. Bagian Naskah
Naskah karangan adalah bagian yang terpenting dari sebuah karangan, susunan bagian anskah karngan sebagai berikut:
1)         Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian yang organik dari naskah karangan. Bagian ini tak mungkin dihilangkan, jika dihilangkan berarti akan hilang pula kontinuitas dan kelancaran penutupan naskah karangan. Pendahuluan pada dasarnya memuat maslah pokok yang dibahas dan dijawab pada bab-bab selanjutnya.

Bagian pendahuluan ini, memuat:
A) latar belakang dan masalah
B) Tujuan penulisan
C) Ruang lingkup
D) Kerangka teori yang dipakai sebagai acuan
E) Metode dan teknik
2)         Induk karangan
Pada dasarnya induk karangan dapat dibedakan atas 2 bagian, yaitu:
A) Hasil-hasil penelitian data atau pendapat-pendapat yang diku- mpulkan tentang masalah yang diajukan dalam nagian pendahuluan
B) Pemabahasan atau analisis data dan interprestasi data dalam rangka menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan
3)         Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran biasanya merupkan baab tersendiri yatu bab terakhir. Bagian ini harus memuat pernyataan-pernyataan kesimpulan dari keseluruhan analisis, jadi bukan merupakan rangkuman atau ikhtisar dari bab-bab sebelumnya
Sedangkan saran merupakan jalan keluar atau pemecahan yang nerhubungan penerapan hasil penulisan dan untuk penelitian atau penulisan selanjutnya. Kesimpulan dan saran biasanya sikemukakan dalam beberapa poin sesuai dengan apa yang diajukan pada bab-bab sebelumnya.


  1. Pelengkap
Pelengkap ini melengkapi suatu karangan ilmiah dengan petunjuk-petunjuk tentang sumber data-data yang berupa pustaka. Lampiran-lampiran yang berisi data-data terperinci yang kurang yang kurang tepat untuk dimasukkan dalam nskah dan petunjuk-petunjuk terperinci tentang dimana letaknya suatu istilah atau pengertian didalam naskah
Pelengkap biasanya terdiri dari:
1)         Abstrak
Abstrak merupakan laporan yang menyajikan tentang masalah pokok, tujuan, metode, data dan kesimpulan secara ringkas dan padat, sehingga pembaca dapat memahami pokok-pokok atau hal-hal yang penting dari sebuah karangan tanpa membaca karangan aslinya. Panjang abstrak maksimum 3 halaman
2)         Daftar pustaka
Dalam daftar pustaka dimuat semua buku yang disajikan acuan, pegangan, landasan penyusunan karangan.
Buku-buku yang tidak relevan dengan isi karangan tidak boleh dicantumkan. Daftar pustaka merupakan suatu hal yang sangat penting karena melalui daftar pustaka dapat diketahui sumber asli dari pendapat-pendapat yang tercantum dalam sebuah karangan
Teknik penulisan daftar pustaka:
-     Ditulis berdasarkan urutan penunjukan referensi pada bagian pokok tulisan ilmiah.
-     Ditulis menurut kutipan-kutipan
-     Daftar Pustaka tidak diberi penomoran. Pengurutannya berdasarkan nama pengarang
 -    Nama pengarang asing ditulis dengan format : nama keluarga, nama depan.
      Nama pengarang Indonesia ditulis normal, yaitu : nama depan + nama keluarga
-     Gelar tidak perlu disebutkan.
-     Setiap pustaka diketik dengan jarak satu spasi (rata kiri), tapi antara satu pustaka dengan pustaka lainnya diberi jarak dua spasi.
-     Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, cukup ditulis pengarang pertama saja dengan tambahan ‘et al’.
-     Penulisan daftar pustaka tergantung jenis informasinya yang secara umum memiliki urutan sebagai berikut :
o   Nama Pengarang, Tahun Terbit. Judul karangan (digarisbawah / tebal / miring). Kota Penerbit: Nama Penerbit.

Cara penyusunan daftar pustaka
a.       Satu Pengarang
Budiono. 1982. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Friedman. 1990. M. Capitalism and Freedom. Chicago : University of Chicago Press.
b.      Dua Pengarang
Cohen, Moris R., and Ernest Nagel. 1939. An Introduction to Logic and Scientific Method. New york: Harcourt
Nasoetion, A. H., dan Barizi. 1990. Metode Statistika. Jakarta: PT. Gramedia
c.       Tiga Pengarang
Heidjrahman R., Sukanto R., dan Irawan. 1980. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM.
Nelson, R.., P. Schultz, and R. Slighton. 1971. Structural change in a Developing Economy. Princeton: Princeton University Press.
d.      Lebih dari Tiga Pengarang
Barlow, R. et al. 1966. Economics Behavior of the Affluent. Washington D.C.: The Brooking Institution.
Sukanto R. et al. 1982. Business Frocasting. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM
e.       Pengarang Sama
Djarwanto Ps. 1982. Statistik Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM.
____________. 1982. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM.
f.       Tanpa Pengarang
Author’s Guide. 1975. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall.
Interview Manual. 1969. Ann Arbor, MI: Institute for Social Research, Universiy of Michigan.
g.      Tesis atau Disertasi yang belum diterbitkan (penggunaan titik sesudah judul Skripsi/disertasi, jurnal menggunakan koma).
Noprisal, Hendra. 1984. ”Fonologi Bahasa Gorontalo.” Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta.
h.      Buku Terjemahan, Saduran atau Suntingan.
Herman Wibowo (Penterjemah). 1993. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Erlangga.
Karyadi dan Sri Suwarni (Penyadur). 1978. Marketing Management. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

i.        Buku Jurnal atau Buletin
Insukindro dan Aliman, 1999. “Pemilihan dan Bentuk Fungsi Empirik : Studi Kasus Permintaan Uang Kartal Riil di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 4:49-61.
Granger, C.W.J., 1986. “Developments in the Study of Co-integrated Economic Variables”, Oxford Bulletin of Economics and Statistics, Vol.48 : 215-226.
Antologi
Junus, Umar.1986.”Kebudayaan Minangkabau”. Dalam Koentjaraningrat (editor). Manusia dan kebudayaan di Indonesia.Jakarta:Djambatan.
3)         Indeks
Indeks merupakan suatu daftar yang memuat kata-kata atau istilah-istilah khusus yang digunakan dalam sebuah karangan. Kata-kata atau istilah tersebut disusun menurut abjad dan setiap kata atau istilah diikuti oleh nomor-nomor halaman di mana kata atau istilah tersebut terdapat.
Indeks dapat membantu pembaca untuk mencari arti atau maksud suatu istilah yang digunakan oleh penulis dalam karangannya.
Indeks hanya dianjurkan untuk karangan yang panjang seperti disertasi atau karangan yang dibukukan (dicetak)
Cara penyusunan indek
a)   Sediakan lembaran-lembaran kertas lepas dengan format yang sama (5x5cm) sebanyak 26 lembar
b)   Baca kembali seluruh isi karangan
c)   Catatlah pada lembaran kertas tersebut setiap istilah, nama dan seharganya yang dijumpai pada setiap halaman dan dicantumkan halaman di mana istilah atau nama tersebut ditulis
d)   Jika dijumpai istilah atau nama yang sama beberapa kali, catat saja nomor halamannya.
4)         Lampiran
lampiran atau appendiks berisi daftar-daftar atau gambar-gambar yang memaparkan data-data terperinci, petikan yang panjang, contoh-contoh pengolahan statistic.
Dalam karangan yang berbentuk lapoiran survey, lampiran berisi contoh daftar, contoh daftar questionair, contoh jawaban, foto-foto, dan lain sebagainya.
Hal-hal yang dimuat dalam lampiran haruslah mempunyai hubungan yang erat dengan uraian dalam naskah. Isi suatu lampiran harus dapat memperdalam, memperluas apa yang telah diuraikan dalam naskah. Jadi lampiran harus berisi suplemen dari uraian naskah yang mutlak diperlukan atau paling tidak sangat diharapkan
Keterangan yang memuat sejumlah lampiran, lampiran tersebut harus diberi nomor urut dan judul. Untuk nomor urut gunakan angka romawi besar, sedangkan untuk tulisan lampiran dan judulnya digunakan huruf capital dan ditempatkan ditengah-tengah.

TEMA KARANGAN



Tema Karangan
Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan sebuah karangan.
Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang rnembaca sebuah roman, atau karangan lainnya. Selesai membaca karangan tersebut, akan meresaplah ke dalam pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan itu. Sebuah buku roman misalnya akan memiliki sebuah tema dasar yang dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat singkat: Karena kuatnya pengaruh adat-istiadat, maka setiap perjuangan muda-mudi untuk rnenentukan sendiri kawan-hidupnya di sekitar tahun dua puluhan, akan selalu menemui kegagalan”. Inti atau sari amarrat dari buku roman yang hanjang lebar menguraikan kisah asmara antara seorang pemuda A dan Pemudi B, yang akhirnya hancur berantakan karena halangan dari pihak orang tua dan adat-istiadat, sebagai yang dirumuskan dalam kalimat singkat di atas tadi, itulah yang dinamakan tema.
Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak berlainan, walaupun nantinya apa yang dirumusk an itu pada hakekatnya sama saja. Dalam kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. Di atas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin disampaikan dengan landasan topik tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada. dua. unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.
Hasil perumusan yang kita namakan tema tadi, bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat seperti contoh yang telah dikemukakan di atas. Tetapi tema itu dapat pula mengambil bentuk yang Iebih luas berupa sebuah alinea, atau berupa rangkaian dari alinea-alinea. Bentuk yang terakhir ini biasanya disamakan dengan ikhtisar, dan kadang-kadang dengan ringkasan. Antara ringkasan dan tema sebenarnya terdapat perbedaan besar, karena dalam sebuah ringkasan masih disebutkan para pelaku dengan alur kisahnya (plot) dan sebagainya. Sedangkan tema hanya merupakan gagasan-gagasan atau amanat yang ingin disampaikan pada para pembaca, belurn dijalin dengan para pelaku, tempat sebagai ruang berlangsungnya peristiwa atau aktivitas dan interaksi antara. para tokohnya. Ringkasan merupakan utaian itu secara komplit dalam bentuk yang singkat, sedangkan tema merupakan sari dasar atau amanat yang akan disampaikan penulis.
Bagaimanapun semua karya, entah sebuah buku yang bersifat rekaan (fiktif) seperti roman, novel, cerpen,.atau sebuah buku yang bersifat non-fiktif tentang masalah perburuhan, politik internasional, perkembangan teknologi modern, hasil penelitian dsb., harus memiliki sebuah tema, atau sebuah amanat utama. yang akan disampaikan kepada para pembaca. Atau dengan kata lain amanat utama yang akan disampaikan itu merupakan suatu maksud tertentu yang dijalin dalam sebuah topik pembicaraan.
Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama, dan kemampuan penulis untuk memperinci dan mengemukakan ilustrasi-ilustrasi yang jelas dan terarah. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subyek dan predikat. Semua bagian kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas gagasan-gagasan utama tadi. Begitu pula, kedudukan tema secara lebih konkrit dapat kita lihat dalam hubungan antara kalimat topik dan alinea. Kalimat topik merupakan tema dari alinea itu. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topik atau tema alinea tersebut.
Reference: Prof. DR. Gorys Keraf. Komposisi_Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa

Materi : BAHASA INDONESIA



Kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk,dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi – generasi mendatang melalui bahasa. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada disekitar manusia yang berupa peristiwa – peristiwa, binatang – binatang, tumbuh – tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, di susun dan diungkapkan kembali kepada orang – orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Bahasa memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing – masing.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai  : bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Bahasa merupakan suatu sistem  komunikasi yang mempergunakan simbol – simbol  vokal ( bunyi ujaran ) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak – gerik badaniah yang nyata.
Bahasa mencakup dua bidang  yakni bunyi vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia serta arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendeengaran kita ( = yang di cerap panca indera kita ), sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain.
Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbiter atau mansuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Makna sebuah kata tergantung dari konvensi  ( kesepakatan ) masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Bila kita meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, maka fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan  bahasa itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat berupa  :
a.       Untuk menyatakan ekspresi diri
b.      Sebagai alat komunikasi
c.       Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social
d.      Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Sebagai telah dikemukakan bahwa bahasa terdiri dari dua  aspek yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yang besar yaitu unsur segmental dan suprasegmental. Unsur segmental adalah yaitu unsure bahasa yang dapat dibagi – bagi atas bagian – bagian yang lebih kecil yang meliputi : fonem, morfem, kata, frasa, klausa,kalimat, dan wacana. Sebaliknya unsure suprasegmental adalah unsure bahasa yang kehadirannya tergantung dari unsure segmental, yang terdiri dari  : tekanan keras, tekanan tinggi ( nada ) dan tekanan panjang, dan dalam bentuk lebih luas kita mengenal dengan istilah intonasi.
Unsur – unsure segmental dapat dikatakan sudah cukup berhasil digambarkan diatas sehelai kertas, walaupun masih ada kekurangan. Unsur – unsure suprasegmental, beserta gerak – gerik dan air muka belum dapat dilukiskan dengan sempurna. Unsur – unsure segmental biasanya dinyatakan secara tertulis melalui tanda – tanda baca atau pungtuasi.
Pungtuasi dibuat berdasarkan dua hal utama yang saling melengkapi, yaitu  :
1.      Didasarkan pada unsure suprasegmental.
2.      Didasarkan pada hubungan sintaksis yakni  :
a.       Unsur – unsure sintaksis yang erat hubungannya tidak boleh dipisah dengan tanda – tanda baca
b.      Unsur – unsure sintaksis yang tidak erat hubungannya harus dipisahkan dengan tanda – tanda baca.
Contoh   : Coba katakan,  saudara, siapa namamu ?
Dalam ujaran yang wajar antara “katakan” dan “saudara” tidak terdapat perhentian, sebab itu seharusnya koma dihilangkan. Namun karena kata “saudara“ tidak ada hubungannya dengan kata” katakan” maka harus ditempatkan kata koma. Antara kata “ Saudara “ dan “ Siapa “ ditempatkan koma, karena disitu diberikan perhentian sebentar dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya karena intonasinya adalah intonasi tanya.


KALIMAT YANG EFEKTIF
Kalimat merupakan bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan – gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Tetapi apakah dengan menguasai pola – pola kalimat suatu bahasa sesorang sudah merasa yakin bahwa ia telah menguasai bahasa itu dengan baik  ?
Penguasaan bahasa tidak hanya mencakup persoalan penguasaan kaidah – kaidah atau pola – pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.
Apek – aspek penguasaan bahasa meliputi  :
1.      Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata ( kosa kata ) bahasa tersebut.
2.      Penguasaan kaidah – kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif.
3.      Kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan – gagasan.
4.      Tingkat penalaran ( logika ) yang dimilki seseorang.
Sebuah kalimat yang  efektif adalah kalimat yang secara tepat mewakili isi pikiran atau perasaan pengarang. Bagaimana ia dapat mewakili pikiran secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memilki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan – gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Jadi yang dimaksud dengan kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat – syarat sebagai berikut  :
1.      Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.      Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara  atau penulis.
Syarat – syarat lain yang tersebut akan mencakup pula masalah kegaya – bahasaan dan penalaran.  Syarat – syarat tersebut dapat diperinci lagi atas :
1.      Kesatuan gagasan.
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali.
2.      Koherensi yang baik dan kompak
Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbale balik yang baik dan jelas antara unsure – unsure ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kalimat itu. Bagaiman hubungan antar subyek dan predikat, hubungan antara predikat dan obyek, serta keterangan – keterangan lain yang menjelaskan tiap – tiap unsure pokok tadi.
3.      Penekanan.
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat ( gagasan utama ) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung oleh subyek, predikat, sedangkan unsure yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsure – unsure yang lain.
4.      Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan kesamaan bentuk.
Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Sebab itu ada upaya lain yang bekerja berlawanan dengan repetisi yaitu variasi. Variasi merupakan cara menganeka-ragamkan bentuk – bentuk bahasa agar tetap  terpelihara minat dan perhatian orang.
5.      Paralelisme
Paralelisme menempatkan gagasan – gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur / konstruksi gramatikal yang sama. Bila salah satu gagasan itu ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata – kata atau kelompok kata yang lain yang menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda.
Bila yang satunya ditempatkan dalam kata kerja ,maka yang lainnya juga harus ditempatkan dalam struktur kata kerja.
Contoh   :
-          Reorganisasi departemen – departemen ; penghentian pemborosan dan penyelewengan – penyelewengan, serta mobilisasi potensi – potensi nasional, merupakan masalah – masalah pokok yang meminta perhatian kita.( semuanya kata benda )
-          Mereorganisir administrasi departemen – departemen ; menghentikan pemborosan dan penyelewengan – penyelewengan, serta memobilisir potensi – potensi nasional, merupakan masalah – masalah pokok yang meminta perhatian pemerintah kita. ( semuanya kata kerja )
Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian – bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
6.      Penalaran atau logika
Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk menghubung – hubungkan evidensi – evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat – kalimat yang diucapkan harus bias dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat atau singkatnya harus sesuai dengan penalaran. Bahasa tidak bias lepas dari penalaran.
Tulisan – tulisan yang tararah dan jelas merupakan perwujudan daripada berpikir logis.Perhatikan kalimat – kalimat berikut. Tiap – tiap kalimat ( klausa ) dapat dimengerti, namun penyatuannya menimbulkanhal yang tidak bias atau sulit diterima akal.
-          Orang itu mengerjakan sawah ladangnya dengan sekuat tenaga karena mahasiswa- mahasiswa Indonesia harus menggarap suatu karya ilmiah sebelum dinyatakan lulus dari Perguruan Tinggi.
-          Dia mengatakan kepada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjing itu tidak mau mengikuti perintah pemburu itu.
ALINEA
1.      Pengertian Alinea
Alinea bukanlah suatu  pembagian secara konvensional dari sutu bab yang terdiri dari kalimat – kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat – kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.

Macam – macam Alinea
Berdasarkan sifat dan tujuannya, alinea dapat dibedakan atas  :
1.      Alinea Pembuka
Setiap karangan mempunyai alinea yang membuka atau menghantar karangan itu,atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Oleh karena itu, pada bagian pembuka karangan harus menarik minat dan perhatian pembaca.Serta sangggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan.
2.      Alinea Penghubung
Yang dimaksud dengan alinea penghubung adalah semua alinea yang terdapat antara alinea pembuka dan alinea penutup.
3.      Alinea Penutup
Alinea penutup adalah alinea yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.Dengan kata lain alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam alinea – alinea penghubung.
2.      Syarat – syarat  pembentukan alinea
Seperti halnya dengan kalimat, sebuah alinea juga harus memenuhi syarat – syarat tertentu. Yakni :
1.      Kesatuan   : Bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama – sama menyatakan suatu hal atau  suatu tema tertentu.
2.      Koherensi   : Adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea itu.
3.      Perkembangan alinea    : Merupakan penyusunan atau perincian dari pada gagasan – gagasan yang membina alinea itu.
Untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antar kalimat – kalimat dalam sebuah alinea maka harus diperhatikan hal – hal berikut ini   :
1.      Masalah kebahasaan
Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi koherensi sebuah alinea adalah  :        
      a. Repetisi.
   Kepaduan sebuah alinea dapat diamankan dengan mengulang kata – kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah alinea.
Contoh  :
Sebagai penjasmanian pikir dan berpikir bahasa itu merupakan alat yang baik dalam pergaulan antar umat manusia. Pergaualan antar umat manusia adalah pertemuan total antara manusia yang satu dengan manusia lainnya ; manusia dalam keseluruhannya, jasmani dan rohaninya bertemu dan bergaul satu sama lainnya. Tanpa bahasa pertemuan dan pergaulan kita dengan orang lain amat tidak sempurna.
b.   Kata ganti
Adalah suatu gejala universal, bahwa dalam berbahasa, sebuah kata yang mengacu kepada manusia, benda atau hal tidak akan dipergunakan berulangkali dalam sebuah konteks yang sama.  Kata ganti itu timbul untuk menghindari segi – segi yang negatif dari pengulangan.
Contoh   :
Adi dan Boy merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari keduanya selalu kelihatan bersama – sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah, karena rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah Boy. Mereka selalu siap sedia menolong kawan – kawannya bila mereka mengalami kesulitan dan kesukaran.
c.       Kata Transisi.
Kata – kata transisi terletak antara kata ganti dan repetisi. Bila repetisi mengehendaki pengulangan kata – kata kunci, serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda.
Sering sekali terjadi bahwa hubungan antara gagasan – gagasan agak sulit dirumuskan, sebab itu diperlukan bantuan, dalam hal ini bantuan kata – kata atau frasa – frasa transisi sebagai penghubung atau katalisator antara satu gagasan dengan gagasan lainnya, atau antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dengan demikian hubungan ini bisa terjalin antara klausa dengan klausa,atau antara kalimat dengan kalimat .
2.      Perincian dan urutan pikiran.
Yang dimaksud dengan urutan perincian atau urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan – gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi. Penulis dapat menjamin kepaduan dengan mengemukakan  perincian isi berdasarkan urutan ruang, dimulai dari suatu sudut tertentu  dan berangsur – angsur bergerak  ke sudut yang berlawanan. Ia dapat juga mempergunakan urutan waktu atau urutan kronologis. Atau ia bisa mempergunakan urutan logis : sebab-akibat, umum-khusus,klimaks,proses dan lain sebagainya.