Senin, 30 Desember 2013

ARTIKEL



HAMBATAN DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS BAGI PENDIDIK
Oleh : SRI RAHAYU SUPRIHARTINI, S.Pd

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik. Kompetensi menulis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik untuk pengembangan karir mereka. Hal tersebut disyaratkan oleh Permenpan no. 16 tahun 2009. Peraturan tersebut menetapkan bahwa setiap naik golongan kepangkatan, guru wajib membuat artikel yang dimuat di media massa maupun di jurnal ilmiah. Untuk pendidik dengan golongan kepangkatan III/a yang ingin naik ke III/b, wajib membuat tiga buah makalah yang berkaitan dengan bidang ajarnya. Kenaikan dari III/b ke III/c, wajib menulis artikel dan dimuat di koran/majalah yang resmi baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti itu juga berlaku untuk usulan kenaikan golongan kepangkatan dari III/c ke III/d. Khusus untuk kenaikan dari III/d ke IV/a guru wajib membuat penelitian dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN keluaran LIPI.
Pada kenyataannya masih banyak pendidik yang tidak mau menulis. Banyak pendidik yang masih belum bisa naik pangkat ke IV/b karena tidak mau atau tidak mampu membuat karya ilmiah. Masih banyak guru yang belum mau dan mampu menulis untuk pengembangan profesinya. Padahal berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pihak terkait seperti : pelatihan-pelatihan telah sering dilakukan pihak terkait untuk mengembangkan kemampuan pendidik dalam bidang penulisan karya ilmiah. Perkembangan teknologi  dan buku-buku yang terkait dengan menulis karya ilmiah juga sudah begitu banyak. Bahkan berbagai momen perlombaan diciptakan sebagai upaya dalam pengembangan kemampuan menulis pendidik seperti : pemilihan pendidik berprestasi/ pendidik teladan dan inovasi pembelajaran.
Apabila diidentifikasikan ada beberapa faktor yang menyebabkan pendidik tidak mau atau tidak mampu menulis. Masalah motivasi merupakan masalah utama yang dihadapi pendidik. Pendidik tidak mau menulis disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama, pendidik kurang percaya diri terhadap potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini terkadang disebabkan oleh banyak pendidik berasumsi bahwa hasil dari tulisannya harus sangat bagus. Padahal kemampuan menulis merupakan suatu proses yang memerlukan tahapan-tahapan sehingan tulisan yang dihasilakan menjadi bagus. Para pendidik merasa khawatir tulisan yang dihasilkannya akan memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Seharusnya pendidik sebagai penulis harus mampu menghargai karyanya karena tulisan tidak ada sempurna pasti saja ada yang kekurangannya.
Kedua, pendidik malas dan merasa tidak senang hati untuk menulis. Penyebab hal ini ada beberapa hal diantaranya pendidik berasumsi bahwa menulis menghabiskan waktu yang banyak, membutuhkan pengetahuan yang luas, hal yang ditulis tentang sesuatu yang spektakuler, memerlukan referensi bacaan yang banyak. Sementara kebiasaan pendidik kurang senang membaca, tidak mau terus belajar mengenai berbagai hal yang baru dan tidak mau mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dan tidak ingin menjadi pendidik yang madiri, kreatif, inovatif dan berusaha lebih baik dari waktu ke waktu
Kedua hal di atas menjadi penyebab mengapa banyak pendidik sudah banyak mendapat pelatihan menulis dan telah mendapat segudang teori menulis tetap saja tidak mau menulis. Sebaiknya pelatihan yang dilakukan oleh pihak  terkait akan lebih baik hasilnya apabila diikuti oleh kegiatan pembimbingan secara terus menerus sampai seorang pendidik menghasilkan suatu produk karya ilmiah yang baik.
Masalah kedua yang menyebabkan pendidik tidak menulis adalah pendidik tidak mampu menulis. Masalah ini dipengaruhi beberapa hal diantaranya menurut Darwis Sembiring ada empat faktor yang dapat diidentifikasi menjadi penyebab guru sulit menulis, yaitu karena :
1.      Kurang membaca;
2.      Kurang berlatih menulis;
3.      Kerancauan dalam berpikir;
4.      Kerancauan dalam berbahasa.
Hal di atas bisa juga terjadi karena pendidik tidak pernah mengikuti pelatihan dan rendahnya kemampuan pendidik tentang karya tulis ilmiah ketika dibangku kuliah.
Ketiga, banyak pendidik tidak memahami manfaat menulis. Pengetahuan pendidik tentang manfaat menulis terkadang hanya sebatas menulis bermanfaat untuk kelancaran kenaikan pangkat pendidik. Seharusnya pengetahuan tentang manfaat menulis dapat memberikan dorongan bagi pendidik untuk terus menulis. Adapun manfaat menulis bagi pendidik selain hal di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.      Menulis menjadi media untuk menuangkan ide mengenaiberbagai hal tentang tugas dan fungsi sebagai pendidik
2.      Menulis meruapakan media bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi pendidik dalam fungsinya sebagai pendidik.
3.      Menulis bermanfaat untuk pengembangan bahan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diembaninya
4.      Tulisan akan menjadi investasi bagi pendidik untuk kepentingan akhirat
5.      Menulis akan mengikat pengetahuan yang dimiliki oleh penulis
6.      Menulis sebagai bagian dari pertanggungjawaban profesi terhadap stakeholdernya
7.      Menulis dapat mengantarakan penulisnya sebagai jutawan
8.      Menulis akan mengantarkan penulisnya sebagai seorang yang terkenal
Penulis sangat setuju terhadap kalimat yang ditayangkan di layar LCD ketika Pak Karwo memberikan materi tentang Menulis Artikel Ilmiah di forum MGMP Gugus II Sumbawa pada tanggal 21 November 2013 bahwa jangan Anda pikirkan apa yang akan ditulis tetapi tulislah apa yang Anda pikirkan

ARTIKEL HASIL MGMP BAHASA INDONESIA GUGUS III



BEBERAPA KONSEP
DALAM PENGAJARAN PUISI

OLEH:
JUMIANTI DIANA, S.S.
GURU BAHASA INDONESIA
SMP NEGERI 1 MOYO HILIR
SUMBAWA
NUSA TENGGARA BARAT
2013


BAB I
PENDAHULUAN

Puisi sebagai salah satu karya sastra banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Meskipun demikian, dalam proses belajar-mengajar sastra seperti puisi terdapat berbagai kesulitan. Jika menjadi pengajar sastra dalam hal ini puisi, kita mengetahui cara memulai tugas yang cukup sulit tersebut, maka tak ada seorang pelajar pun yang tidak tertolong untuk dapat memahami dan menikmati puisi yang dibacanya.
Dalam usaha mengajarkan tentang cara menikmati puisi, dijumpai dua hambatan yang cukup menggangu. Pertama, adanya anggapan bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi. Kedua, adanya pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi sering tersandung pada ‘pengalaman pahit’. Pandangan semacam ini mungkin sekali berasal dari para pelajar yang berkemauan keras memahami dan menikmati sajak-sajak terkenal yang ditulis oleh para penyair terkenal yang sering menggunakan simbol, kiasan, dan ungkapan-ungkapan tertentu yang membingungkan. (Rahmanto, 1996:44-45).
Upaya untuk mengatasi kesulitan atau hambatan-hambatan seperti di atas maka kita perlu mengetahui: Bagaimanakah konsep dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pengajaran puisi? Pembahasan dalam artikel ini bertujuan untuk mengetahui konsep-konsep dan langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang pengajar puisi.

BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas mengenai konsep-konsep dan langkah-langkah mengenai pengajaran puisi, terlebih dahulu harus dipahami hakikat dari puisi itu sendiri. berikut merupakan contoh puisi Sapardi Djoko Damono
AIR SELOKAN

“Air di selokan itu mengalir dari rumah sakit”,
katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-
jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir
muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan
untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis
baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di
kamar mati.
+
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi
selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding
sesuatu: ” hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—
alangkah indahnya!” tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan
yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya
itu, sayang sekali.

Definisi puisi yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2000:5) mengenai puisi sebagai karangan yang terikat oleh: 1) banyak baris dalam tiap bait; 2) banyak kata dalam tiap baris; 3) banyak suku kata dalam tiap baris; 4) rima; dan 5) irama.
Jika melihat contoh puisi di atas, maka hakikat atau definisi puisi yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo tersebut tidak cocok dengan bentuk puisi sekarang. Berikut beberapa definisi puisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Puisi merupakan bentuk karya sastra dengan bahasa yang terpilih dan tersusun dengan perhatian penuh dan keterampilan khusus dan puisi merupakan bahasa yang padat dan penuh arti (Rahmanto, 1996:47).
Menurut Coleridge (dalam Pradopo, 2000:6) Puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Adapun definisi puisi yang dikemukakan oleh Pradopo (2000:7) bahwa “Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.”
Setelah memahami mengenai hakikat puisi maka kita perlu memperhatikan beberapa langkah efektif dalam membaca dan memahami puisi, seperti yang dikemukakan oleh Gani (1988:174-177) berikut ini:
a.       Bacalah sebuah puisi berulang kali.
b.      Gunakanlah selalu kamus ketika membaca puisi.
c.       Bacalah puisi sambil mendengarkan gema suara dalam sanubari Anda.
d.      Perhatikanlah dengan seksama sesuatu yang disampaikan sebuah puisi.
e.       Berlatihlah membaca bersuara sebuah puisi berulang kali.
Untuk membantu memahami puisi, pembaca hendaknya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, diantaranya: “Siapakah si pembicara dan apa permasalahannya?” pertanyaan kedua adalah “ Apakah tujuan utama puisi ini?” setelah berhasil menjawab pertanyaan tersebut maka diajukanlah pertanyaan ketiga “Dengan cara bagaimana tujuan itu dikembangkan?”.
Pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab adalah “mengapa puisi harus diajarkan kepada siswa?” Stephen Dunning memberikan jawaban sebagai berikut:
a)      Puisi memungkinkan siswa dapat kesempatan untuk mempelajari karya sastra secara komplit dan terfokus.
b)      Puisi secara linguistik merupakan medan penjelajahan sastra yang kaya, dan merangsang siswa melihat nilai-nilai dan kemungkinan-kemungkinan dalam bahasa.
c)      Puisi, karena secara formal dan linguistik berbeda dengan cipta sastra lain,  siswa dapat membicarakan secara serius tentang kenyataan-kenyataan hidup yang belum terungkap oleh karya sastra lain.
Dalam rangka pencapaian tujuan belajar siswa/pelajar maka perlu diperhatikan sembilan konsep pengajaran puisi yang dikemukan oleh Gani (1988:177-190) berikut:
·         Konsep pertama: yang bukan penggemar dan bukan pembaca puisi yang baik, sebaiknya jangan menjadi guru puisi.
·         Konsep kedua: guru puisi seyogyanya hanya mengajarkan puisi yang benar-benar dihayatinya.
·         Konsep ketiga: guru hendaknya mengutamakan unsur pengalaman dalam proses belajar-mengajarnya.
·         Konsep keempat: guru hendaknya mengajarkan mekanik puisi secara induktif.
·         Konsep kelima: guru hendaknya menghindarkan diri dari cara pemberian penjelasan yang berlebih-lebihan tentang puisi.
·         Konsep keenam: suatu unit puisi hendaknya jangan sampai menghilangkan prinsip pengajaran puisi terpadu. Selama proses belajar berlangsung, guru selalu menjaga agar disamping pemerolehan belajar ynag bersifat instruksional, juga tercapai hasil belajar yang bersifat pendamping. Perolehan instruksional yang dimaksud adalah siswa memiliki kemampuan merespons dan menganalisis puisi yang dipelajarinya. Adapun perolehan pendamping adalah siswa mendapatkan keterampilan membaca, berbicara, menyimak, dan menulis.
·         Konsep ketujuh: siswa hendaknya diberi kesempatan untuk memilih sendiri puisi yang hendak dibaca, dipelajari dan didiskusikannya.
·         Konsep kedelapan: siswa yang ditugaskan membaca dan mempelajari puisi, sewaktu-waktu  hendaknya diminta menyatakan pendapatnya dengan bahasa yang puitis.
·         Konsep kesembilan: siswa hendaknya ditolong mengungkapkan bahwa puisi itu ditulis untuk segala hal.
Berikut pertimbangan-pertimbangan yang menjadi pedoman dalam pengajaran puisi agar pengajaran tersebut berlangsung sesuai dengan harapan:
1.      Jelaskan pada diri Anda sendiri secara tertulis, apa yang hendak diajarkan tentang puisi tersebut.
2.      Rencanakan tiga atau empat strategi untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
3.      Yakinkan diri Anda bahwa pengajaran yang Anda lakukan menuntut: kerja, respons, dan aktifitas dari siswa Anda.
4.      Jika Anda telah menyelesaikan proses pengajaran, tanya diri Anda dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
§  Apakah tujuan-tujuan pengajaran anda telah terfokus pada kerja, respons dan aktivitas siswa?
§  Apakah pertanyaan saya mencerminkan pertanyaan yang dapat dijawab siswa?
§  Apakah aktivitas yang saya tawarkan mengundang aktivitas siswa?
§  Apakah saya berbicara terlalu banyak?
§  Apakah saya memfokuskanya pada puisi saja dan tidak mengaitkannya dengan keterampilan berbahasa yang lain?
5.      Diskusikanlah dengan rekan sejawat Anda.

 
BAB III
PENUTUP
Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dalam proses pengajaran puisi karena itu dianjurkan bagi seorang pengajar yang tidak gemar membaca puisi agar tidak mengajarkan tentang puisi. Hal itu merupakan konsep utama dalam pengajaran puisi selain beberapa konsep lainnya, konsep-konsep dan langkah-langkah harus diambil dan dilaksanakan agar tujuan pengajaran tercapai. Tujuan-tujuan itu antara lain: siswa dapat bermain dengan bahasa seperti para penyair, belajar membaca puisi dengan baik sehingga citarasa sastranya meningkat, dan mempertajam kemampuan membaca siswa yang memungkinkan siswa tidak hanya mampu memperoleh makna namun memberi makna.

PROPOSAL PTK



TUTWURI~a


USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(P T K)

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Musikalisasi Puisi dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-5
SMP Negeri 1 Moyo Utara
Tahun Pelajaran 2012-2013



Oleh :
Nama             : SRI RAHAYU SUPRIHARTINI, S.Pd
NIP.                 : 19700415 199412 2 003



SMP NEGERI 1 MOYO UTARA
Jln. Pendidikan Desa Sebewe
TAHUN 2013


USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1.      JUDUL PENELITIAN   : 
”PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN MUSIKALISASI PUISI DENGAN  MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IX-5 SMP NEGERI 1 MOYO UTARA  TAHUN PELAJARAN 2012-2013”

2.      KETUA PENELITI       :
  • Nama Lengkap                          : Sri Rahayu Suprihartini, S.Pd
  • Jenis Kelamin                            : Perempuan
  • NIP.                                         : 19700415 199412 2 003
  • Pangkat/Golongan                     : Jenjang Madya, IV/a
  • Mata Pelajaran Diampu            : Bahasa Indonesia
  • Sekolah                                    : SMP Negeri 1 Moyo Utara
  • Alamat                                      : Jalan Pendidikan Desa Sebewe Kec. Moyo Utara                                                                             Kabupaten Sumbawa

3.      JUMLAH ANGGOTA PENELITI      : 2 Orang
Nama Anggota Peneliti                 :                1. Ratna, S.Pd
                                                                     2. Syamsul Hidayat, S.Pd

4.      LAMA PENELITIAN   : 1 Bulan
Dari Bulan                         : November
Sampai Bulan                    : Desember


Mengetahui
Kepala Sekolah                                                         Ketua,





Drs. A. RAHMAN                                SRI RAHAYU SUPRIHARTINI, S.Pd
NIP. 19671117 199203 1 008               NIP. 19700415 199412 2 003





BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pengembangan pendidikan nasional Indonesia ke depan harus didasarkan pada  paradigma membangun manusi Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu : (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis, (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi linestetis.
Agar selalu relevan dengan perkembangan jaman pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian dengan gerak perkembangan ilmu pengetahuan modern dan inovasi teknologi maju. Pendidikan bertugas untuk menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai peradaban yang maju melalui perwujudan suasana belajar yang  kondusif, aktivitas pembelajaran yang menarik dan mencerahkan, serta proses pendidikan yang kreatif.

Dalam belajar bahasa Indonesia, di SMPN 1 Moyo Utara para siswa menemui banyak kesulitan, khususnya dalam keterampilan berbicara. Perkembangan kognitif siswa SMP yang masih berada pada tahap operasi konkrit sehingga masih memerlukan contoh nyata untuk dapat memahami konsep yang abstrak dan rumit oleh karena itu diperlukan penggunaan media pembelajaran utnuk membantu siswa memahami konsep yang abstrak.
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Moyo Utara, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbicara, terutama materi musikalisasi puisi. Nilai hasil belajar yang penulis amati pada tahun terakhir terutama dalam pembelajaran berbicara, mencapai rata-rata kurang dari 60. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara siswa secara lisan masih relatif rendah.
Pembelajaran musikalisasi di SMP diberikan pada kelas IX semester 1 dalam proses pembelajaran musikalisasi puisi. Para guru Bahasa Indonesia di SMP negeri 1 Moyo Utara masih jarang menggunakan media pembelajaran dan belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu peneliti mencoba penelitian terhadap upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan media audio visual pada materi musikalisasi puisi.
Hal itu yang mendorong perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara, khususnya musikalisasi puisi dengan judul ”Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Musikalisasi Puisi Dengan Menggunakan Media Audio Visual Kelas IX-5 SMP Negeri 1 Moyo Utara Tahun Pelajaran 2012-2013”. Pada umumnya pembelajaran ini dilakukan dengan menugasi siswa berkelompok menyanyikan puisi atau syair yang telah tersedia ataupun dibuat oleh pendidik dan siswa. Pendidik kurang memberikan penjelasan yang rinci mengenai menyanyikan puisi/syair. Siswa biasanya bersama dengan kelompoknya menemuka sendiri cara menyanyikan puisi/syair yang ditugaskan guru kepadanya.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka masalah penelitian tindakan ini dibatasi pada masalah yang dapat dirumuskan ssebagai berikut :
1.        Bagaimana meningkatkan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Musikalisasi Puisi melalui Penggunaan Media Audio Visual Kelas IX-5 SMP Negeri 1 Moyo Utara Tahun Pelajaran 2012-2013 ?
2.        Bagaimana efektivitas penggunaan media audio visual untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi musikalisasi puisi siswa kelas IX- SMP Negeri 1 Moyo Utara tahun pelajaran 2012-2013.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1.      Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.      peningkatan prestasi belajar siswa pada materi musikalisasi puisi melalui penggunaan media audio visual kelas IX-5 SMP Negeri 1 Moyo Utara Tahun Pelajaran 2012-2013.
2.      Efektifitas penggunaan media audio visual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi musikalisasi puisi siswa kelas IX-5 SMP Negeri 1 Moyo Utara.

1.3.2.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoritis maupun praktis.
Manfaat teoritis bagi pengembangan Bahasa Indoneisa sedangkan manfaat praktis bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti sendiri.
1.      Manfaat teoritis
Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis terhadap pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan sumbangsih terhadap teori pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, sebagai bahan memperkaya khasanah penelitian khususnya penelitian di bidang pendidikan.
2.      Manfaat praktis
Penelitian ini mempunyai manfaat praktis sebagai siswa, guru, sekolah, dan peneliti sendiri
Bagi siswa, untuk mempermudah siswa dalam berlatih dan belajar tentang musikalisasi puisi. Siswa akan lebih memahami dan mengembangkan pemikirannya semaksimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran. Bagi guru, sebagai upaya untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, sebagai upaya peningkatan prestasi khususnya musikalisasi puisi, sebagai masukan agar menggunakan media pembelajaran sehingga prestasi siswa dapat meningkat. Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan semangat kepada guru-guru disekolah tersebut untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan peningkatan prestasi prestasi belajar siswa. Bagi  peneliti, mendapatkan pengalaman langsung melaksanakan pembelajaran musikalisasi puisi yang efektif dengan menggunakan audio visual di SMP Negeri 1 Moyo Utara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Prestasi Belajar Siswa
 Menurut Abu Ahmadi (2001), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman (slamet,1991). Dimana perubahan itu bersifat kontinyu dan fungsional, terjadi secara sadar, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku yang selanjutnya dinamakan hasil belajar. Dan hasil belajar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk prestasi belajar.
Berdasar pengertian belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hasil tes atau evaluasi setelah pelaksanaan proses pembelajaran.
2.2.   Musikalisasi Puisi
Lukman Hakim, (1996:63), menjelaskan tentang pengertian musikalisasi puisi, seperti yang dikemukakan di bawah ini :
Musikalisasi puisi upaya untuk menonjolkan unsur musikal, sehingga sebagai karya sasrta berbentuk puisi dapat lebih jelas lagi di depan khalayaknya, jadi unsur musikal merupakan jembatan bagi khalayak untuk “berhubungan” dengan sajak.
Dedi S. Putra, dalam Fredie, (1996:14), berpendapat tentang pengertian musikalisasi puisi yang dikemukakan di bawah ini :
Musikalisasi puisi sebagai bentuk apresiasi puisi adalah : ungkapan musikal instrument, melodi, dan nyanyian ucapan. Nuansa makna kata ; eksplisit dan implisit. Penghayatan menjadikan puisi mendapat kemampuan ekstrak untuk berkomunikasi karena pencarian yang diciptakan.
Andrie S. Putra dalam Fredie, (1996:16), mengatakan “bahwa musikalisasi puisi adalah suatu bentuk ekspresi sastra, puisi dengan melibatkan beberapa unsur seni, seperti : irama, bunyi, (musik) gerak (tari).”
Antilan Purba, (1998:4), menjelaskan “bahwa musikalisasi puisi adalah mengubah puisi menjadi lagu.”sedangkan menurut Brani Nasution, (2004:4), menjelaskan “bahwa musikalisasi puisi adalah memusikan atau mengubah citra puitik menjadi musikal dari sebuah puisi.”
Agus S sarjono, (2004:1), menjelaskan pengertian musikalisasi puisi sebagai berikut:”musikalisasi puisi adalah mengubah musiklaitas pada puisi menjadi lebih terasa, menjadi suatu musik yang biasa didengar.”
Fikar W Eda, (2004:1), memaparkan tentang pemahaman musikalisasi puisi sebagai berikut :
Karya sastra pada dasarnya merupakan ekspresi. Biasanya sastra dibaca, namun adapula diekspresikan dalam bentuk seni rupa. Musikalisasi puisi merupakan salah satu bentuk ekspresi yang lain, yakni menggunakan unsur-unsur bunyi yang lebih kuat untuk mengekspresikan puisi. Kalau selama ini puisi dibaca secara oral, musikalisasi puisi ini merupakan salah satu bentuk ekspresi yang lain, yang disampaikan dengan menggunakan medium musik/instrumens musikalisasi adalah salah satu bentuk ekspresi alternatif yang sangat bagus untuk memahami karya sastra. Dalam kamus kata-kata serapan asing dalam bahasa Indonesia, (2003:237), dijelaskan, “bahwa musikalisasi puisi adalah adalah hal untuk menjadikan agar bersifat musik.”
2.3. Media Audio Visual
2.3.1.      Pengertian Media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”.dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Menurut Djamarah (2006:120) bila media adalah sumber belajara, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa media adalah sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.3.2.      Media Audio Visual
Menurut Djamarah (2006:124) media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi media auditif dan media visual.
Media ini dibagi lagi ke dalam :
1.        Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2.        Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilakn unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan vidio cassette.
Pembagian lain dari media ini adalah :
1.      Audiovisual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti vidio – cassette
2.      Audiovisual tidak murni, yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.    Setting
1.      PTK akan dilakukan pada siswa kelas IX-5 SMP negeri 1 Moyo Utara tahun pelajaran 2012-2013
2.      Kelas IX SMP Negeri 1 Moyo Utara terdiri dari 5 kelas, dengan jumlah tiap kelas berkisar 25 siswa
3.      PTK dilakuakn pada siswa kelas IX-5 dengan jumlah terdiri dari 26 orang (L=12, P=14)

B.     Variabel
Variabel penelitian ini adalah kemampuan peningkatan prestasi peserta didik dalam pembelajaran musikalisasi puisi kelas IX-5 SMP Negeri 1 Moyo Utara Kabupaten Sumbawa. Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel harapan             : Peningkatan   prestasi  belajar  siswa pembelajaran                                         musikalisasi puisi kelas IX-5
Variabel tindakan           : pembelajaran dengan menggunakan audio visual
Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
1.      Kemampuan siswa dan pendidik dalam meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran musikalisasi puisi dengan menggunakan media audio visual

Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1.      Tingkat kualitas perencanaan
2.      Kualitas perangkat observasi
3.      Kualitas operasional tindakan
4.      Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas
5.      Kesesuaian teknik yang digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
6.      Tingkat efektifitas menggunakan audio visual
7.      Kemampuan siswa dan pendidik menggunakan media audio visual dalam meningkatkan prestasi belajar siswa  
C.     Rencana Tindakan
1.      Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2.      Kegiatan dilaksanakan dalam semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013
3.      Lama penelitian 5 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 4 Nopember sampai dengan 7 Desember 2013
4.      Dalam pelaksanaan tindakan, rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi : (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan (d) refleksi.
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Arikunto, Suharsmini, (2007) adalah seperti gambar berikut :
 
Gambar : 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
1.      Perencanaan
Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Pada PTK ini peneliti adalah pendidik yang akan melakukan tindakan sedangkan rekan pendidik yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan harus ada kesepekatan anatar keduanya pada tahap perencanaan ini.
2.      Tindakan
Pada tahap ini skenario tindakan harus dilaksanakan dengan baik oleh si pelaksana tindakan (peneliti)
3.      Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini rekan pendidiknyang bertindak sebagai pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi /penilaian yang telah tersusun. Pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu kewaktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa juga menjadi hal yang diamati.
4.      Releksi
Tahapan ini dilakukan untuk dikaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, lalu dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan, jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapt teratasi.
2.4.     Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data
1.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal  dari dua sumber, yaitu :
1. Siswa       : Diperoleh data tentang peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia materi musikalisasi puisi
2. diperoleh data tentang pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.
2.      Cara Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah observasi, angket dan tes
2.5. Indikator Keberhasilan
Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika :
1.      Prestasi belajar siswa 85% telah mencapai kriteria ketercapai minimal 78
2.      Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia pada materi musikalisasi puisi siswa kelas IX-5
2.6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini disajikan rencana kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan mulai tanggal 4 Nopember – 7 Desember 2012 (5 minggu efektif), yang dibuat dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jadwal pelaksanaan penelitian
No
Uraian Kegiatan
Bulan Nopember- Desember 2012
Keterangan
Pertemuan ke ...
1
2
3
4
5
1
Persiapan dan koordinasi
x





2
Siklus I
a.       Perencaan
b.      Tindakan
c.       Observasi
d.      Evaluasi


x
x
x




x



3
Siklus II
e.       Perencaan
f.       Tindakan
g.       Observasi
h.      Evaluasi



x
x
x




x


4
Siklus III
i.        Perencaan
j.        Tindakan
k.      Observasi
l.        Evaluasi





x
x
x




x

5
Analisis Data




x

6
Penyusunan drafi laporan




x

7
Penyusunan laporan akhir




x




DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan Setyaningsih, Y. 2001. Transformasi Pendidikan Memasuki
     Melinium ketiga. Yogyakarta: Kanisius dan Universitas Sastra Darma.

Arikunto, Suharsimi, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Rineka    
     Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Sahwan Zani, 2006. Strategi Belajar Mengajar.
     Jakarta : Pt. Rineka Cipta

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
    Rineka Cipta

Trianto, 2009. Mendesain Mode Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :
     Kencana Prenada Media Group.

Wardhana, yana, 2006. Teori Belajar dan Mengajar. Bandung : PT. Pribumi
     Mekar.

Wiriatmadja, Rachiati, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT.
     Rosdakarya.