HAMBATAN
DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS BAGI PENDIDIK
Oleh : SRI RAHAYU SUPRIHARTINI,
S.Pd
Keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik.
Kompetensi menulis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik untuk pengembangan karir mereka. Hal tersebut disyaratkan oleh
Permenpan no. 16 tahun 2009. Peraturan tersebut menetapkan bahwa setiap naik
golongan kepangkatan, guru wajib membuat artikel yang dimuat di media massa
maupun di jurnal ilmiah. Untuk pendidik dengan golongan kepangkatan III/a yang
ingin naik ke III/b, wajib membuat tiga buah makalah yang berkaitan dengan
bidang ajarnya. Kenaikan dari III/b ke III/c, wajib menulis artikel dan dimuat
di koran/majalah yang resmi baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti
itu juga berlaku untuk usulan kenaikan golongan kepangkatan dari III/c ke
III/d. Khusus untuk kenaikan dari III/d ke IV/a guru wajib membuat penelitian
dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN keluaran LIPI.
Pada kenyataannya masih
banyak pendidik yang tidak mau menulis. Banyak pendidik yang masih belum bisa
naik pangkat ke IV/b karena tidak mau atau tidak mampu membuat karya ilmiah.
Masih banyak guru yang belum mau dan mampu menulis untuk pengembangan
profesinya. Padahal berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pihak terkait
seperti : pelatihan-pelatihan telah sering dilakukan pihak terkait untuk
mengembangkan kemampuan pendidik dalam bidang penulisan karya ilmiah.
Perkembangan teknologi dan buku-buku
yang terkait dengan menulis karya ilmiah juga sudah begitu banyak. Bahkan
berbagai momen perlombaan diciptakan sebagai upaya dalam pengembangan kemampuan
menulis pendidik seperti : pemilihan pendidik berprestasi/ pendidik teladan dan
inovasi pembelajaran.
Apabila
diidentifikasikan ada beberapa faktor yang menyebabkan pendidik tidak mau atau
tidak mampu menulis. Masalah motivasi merupakan masalah utama yang dihadapi
pendidik. Pendidik tidak mau menulis disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama, pendidik
kurang percaya diri terhadap potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini
terkadang disebabkan oleh banyak pendidik berasumsi bahwa hasil dari tulisannya
harus sangat bagus. Padahal kemampuan menulis merupakan suatu proses yang
memerlukan tahapan-tahapan sehingan tulisan yang dihasilakan menjadi bagus.
Para pendidik merasa khawatir tulisan yang dihasilkannya akan memiliki banyak
kekurangan dan kesalahan. Seharusnya pendidik sebagai penulis harus mampu
menghargai karyanya karena tulisan tidak ada sempurna pasti saja ada yang kekurangannya.
Kedua,
pendidik malas dan merasa tidak senang hati untuk menulis. Penyebab hal ini ada
beberapa hal diantaranya pendidik berasumsi bahwa menulis menghabiskan waktu
yang banyak, membutuhkan pengetahuan yang luas, hal yang ditulis tentang
sesuatu yang spektakuler, memerlukan referensi bacaan yang banyak. Sementara
kebiasaan pendidik kurang senang membaca, tidak mau terus belajar mengenai
berbagai hal yang baru dan tidak mau mengembangkan kemampuan yang sudah
dimiliki dan tidak ingin menjadi pendidik yang madiri, kreatif, inovatif dan
berusaha lebih baik dari waktu ke waktu
Kedua hal di atas
menjadi penyebab mengapa banyak pendidik sudah banyak mendapat pelatihan
menulis dan telah mendapat segudang teori menulis tetap saja tidak mau menulis.
Sebaiknya pelatihan yang dilakukan oleh pihak
terkait akan lebih baik hasilnya apabila diikuti oleh kegiatan
pembimbingan secara terus menerus sampai seorang pendidik menghasilkan suatu
produk karya ilmiah yang baik.
Masalah kedua yang menyebabkan
pendidik tidak menulis adalah pendidik tidak mampu menulis. Masalah ini
dipengaruhi beberapa hal diantaranya menurut Darwis Sembiring ada empat faktor
yang dapat diidentifikasi menjadi penyebab guru sulit menulis, yaitu karena :
1. Kurang
membaca;
2. Kurang
berlatih menulis;
3. Kerancauan
dalam berpikir;
4. Kerancauan
dalam berbahasa.
Hal
di atas bisa juga terjadi karena pendidik tidak pernah mengikuti pelatihan dan
rendahnya kemampuan pendidik tentang karya tulis ilmiah ketika dibangku kuliah.
Ketiga,
banyak
pendidik tidak memahami manfaat menulis. Pengetahuan pendidik tentang manfaat
menulis terkadang hanya sebatas menulis bermanfaat untuk kelancaran kenaikan
pangkat pendidik. Seharusnya pengetahuan tentang manfaat menulis dapat
memberikan dorongan bagi pendidik untuk terus menulis. Adapun manfaat menulis
bagi pendidik selain hal di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Menulis
menjadi media untuk menuangkan ide mengenaiberbagai hal tentang tugas dan
fungsi sebagai pendidik
2. Menulis
meruapakan media bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
yang dihadapi pendidik dalam fungsinya sebagai pendidik.
3. Menulis
bermanfaat untuk pengembangan bahan pembelajaran dalam mata pelajaran yang
diembaninya
4. Tulisan
akan menjadi investasi bagi pendidik untuk kepentingan akhirat
5. Menulis
akan mengikat pengetahuan yang dimiliki oleh penulis
6. Menulis
sebagai bagian dari pertanggungjawaban profesi terhadap stakeholdernya
7. Menulis
dapat mengantarakan penulisnya sebagai jutawan
8. Menulis
akan mengantarkan penulisnya sebagai seorang yang terkenal
Penulis sangat setuju
terhadap kalimat yang ditayangkan di layar LCD ketika Pak Karwo memberikan
materi tentang Menulis Artikel Ilmiah di forum MGMP Gugus II Sumbawa pada
tanggal 21 November 2013 bahwa jangan Anda pikirkan apa yang akan ditulis
tetapi tulislah apa yang Anda pikirkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar