Senin, 30 Desember 2013

ARTIKEL



HAMBATAN DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS BAGI PENDIDIK
Oleh : SRI RAHAYU SUPRIHARTINI, S.Pd

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik. Kompetensi menulis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik untuk pengembangan karir mereka. Hal tersebut disyaratkan oleh Permenpan no. 16 tahun 2009. Peraturan tersebut menetapkan bahwa setiap naik golongan kepangkatan, guru wajib membuat artikel yang dimuat di media massa maupun di jurnal ilmiah. Untuk pendidik dengan golongan kepangkatan III/a yang ingin naik ke III/b, wajib membuat tiga buah makalah yang berkaitan dengan bidang ajarnya. Kenaikan dari III/b ke III/c, wajib menulis artikel dan dimuat di koran/majalah yang resmi baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti itu juga berlaku untuk usulan kenaikan golongan kepangkatan dari III/c ke III/d. Khusus untuk kenaikan dari III/d ke IV/a guru wajib membuat penelitian dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN keluaran LIPI.
Pada kenyataannya masih banyak pendidik yang tidak mau menulis. Banyak pendidik yang masih belum bisa naik pangkat ke IV/b karena tidak mau atau tidak mampu membuat karya ilmiah. Masih banyak guru yang belum mau dan mampu menulis untuk pengembangan profesinya. Padahal berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pihak terkait seperti : pelatihan-pelatihan telah sering dilakukan pihak terkait untuk mengembangkan kemampuan pendidik dalam bidang penulisan karya ilmiah. Perkembangan teknologi  dan buku-buku yang terkait dengan menulis karya ilmiah juga sudah begitu banyak. Bahkan berbagai momen perlombaan diciptakan sebagai upaya dalam pengembangan kemampuan menulis pendidik seperti : pemilihan pendidik berprestasi/ pendidik teladan dan inovasi pembelajaran.
Apabila diidentifikasikan ada beberapa faktor yang menyebabkan pendidik tidak mau atau tidak mampu menulis. Masalah motivasi merupakan masalah utama yang dihadapi pendidik. Pendidik tidak mau menulis disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama, pendidik kurang percaya diri terhadap potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini terkadang disebabkan oleh banyak pendidik berasumsi bahwa hasil dari tulisannya harus sangat bagus. Padahal kemampuan menulis merupakan suatu proses yang memerlukan tahapan-tahapan sehingan tulisan yang dihasilakan menjadi bagus. Para pendidik merasa khawatir tulisan yang dihasilkannya akan memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Seharusnya pendidik sebagai penulis harus mampu menghargai karyanya karena tulisan tidak ada sempurna pasti saja ada yang kekurangannya.
Kedua, pendidik malas dan merasa tidak senang hati untuk menulis. Penyebab hal ini ada beberapa hal diantaranya pendidik berasumsi bahwa menulis menghabiskan waktu yang banyak, membutuhkan pengetahuan yang luas, hal yang ditulis tentang sesuatu yang spektakuler, memerlukan referensi bacaan yang banyak. Sementara kebiasaan pendidik kurang senang membaca, tidak mau terus belajar mengenai berbagai hal yang baru dan tidak mau mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dan tidak ingin menjadi pendidik yang madiri, kreatif, inovatif dan berusaha lebih baik dari waktu ke waktu
Kedua hal di atas menjadi penyebab mengapa banyak pendidik sudah banyak mendapat pelatihan menulis dan telah mendapat segudang teori menulis tetap saja tidak mau menulis. Sebaiknya pelatihan yang dilakukan oleh pihak  terkait akan lebih baik hasilnya apabila diikuti oleh kegiatan pembimbingan secara terus menerus sampai seorang pendidik menghasilkan suatu produk karya ilmiah yang baik.
Masalah kedua yang menyebabkan pendidik tidak menulis adalah pendidik tidak mampu menulis. Masalah ini dipengaruhi beberapa hal diantaranya menurut Darwis Sembiring ada empat faktor yang dapat diidentifikasi menjadi penyebab guru sulit menulis, yaitu karena :
1.      Kurang membaca;
2.      Kurang berlatih menulis;
3.      Kerancauan dalam berpikir;
4.      Kerancauan dalam berbahasa.
Hal di atas bisa juga terjadi karena pendidik tidak pernah mengikuti pelatihan dan rendahnya kemampuan pendidik tentang karya tulis ilmiah ketika dibangku kuliah.
Ketiga, banyak pendidik tidak memahami manfaat menulis. Pengetahuan pendidik tentang manfaat menulis terkadang hanya sebatas menulis bermanfaat untuk kelancaran kenaikan pangkat pendidik. Seharusnya pengetahuan tentang manfaat menulis dapat memberikan dorongan bagi pendidik untuk terus menulis. Adapun manfaat menulis bagi pendidik selain hal di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.      Menulis menjadi media untuk menuangkan ide mengenaiberbagai hal tentang tugas dan fungsi sebagai pendidik
2.      Menulis meruapakan media bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi pendidik dalam fungsinya sebagai pendidik.
3.      Menulis bermanfaat untuk pengembangan bahan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diembaninya
4.      Tulisan akan menjadi investasi bagi pendidik untuk kepentingan akhirat
5.      Menulis akan mengikat pengetahuan yang dimiliki oleh penulis
6.      Menulis sebagai bagian dari pertanggungjawaban profesi terhadap stakeholdernya
7.      Menulis dapat mengantarakan penulisnya sebagai jutawan
8.      Menulis akan mengantarkan penulisnya sebagai seorang yang terkenal
Penulis sangat setuju terhadap kalimat yang ditayangkan di layar LCD ketika Pak Karwo memberikan materi tentang Menulis Artikel Ilmiah di forum MGMP Gugus II Sumbawa pada tanggal 21 November 2013 bahwa jangan Anda pikirkan apa yang akan ditulis tetapi tulislah apa yang Anda pikirkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar