Senin, 30 Desember 2013

ARTIKEL HASIL MGMP BAHASA INDONESIA GUGUS III



BEBERAPA KONSEP
DALAM PENGAJARAN PUISI

OLEH:
JUMIANTI DIANA, S.S.
GURU BAHASA INDONESIA
SMP NEGERI 1 MOYO HILIR
SUMBAWA
NUSA TENGGARA BARAT
2013


BAB I
PENDAHULUAN

Puisi sebagai salah satu karya sastra banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Meskipun demikian, dalam proses belajar-mengajar sastra seperti puisi terdapat berbagai kesulitan. Jika menjadi pengajar sastra dalam hal ini puisi, kita mengetahui cara memulai tugas yang cukup sulit tersebut, maka tak ada seorang pelajar pun yang tidak tertolong untuk dapat memahami dan menikmati puisi yang dibacanya.
Dalam usaha mengajarkan tentang cara menikmati puisi, dijumpai dua hambatan yang cukup menggangu. Pertama, adanya anggapan bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi. Kedua, adanya pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi sering tersandung pada ‘pengalaman pahit’. Pandangan semacam ini mungkin sekali berasal dari para pelajar yang berkemauan keras memahami dan menikmati sajak-sajak terkenal yang ditulis oleh para penyair terkenal yang sering menggunakan simbol, kiasan, dan ungkapan-ungkapan tertentu yang membingungkan. (Rahmanto, 1996:44-45).
Upaya untuk mengatasi kesulitan atau hambatan-hambatan seperti di atas maka kita perlu mengetahui: Bagaimanakah konsep dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pengajaran puisi? Pembahasan dalam artikel ini bertujuan untuk mengetahui konsep-konsep dan langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang pengajar puisi.

BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas mengenai konsep-konsep dan langkah-langkah mengenai pengajaran puisi, terlebih dahulu harus dipahami hakikat dari puisi itu sendiri. berikut merupakan contoh puisi Sapardi Djoko Damono
AIR SELOKAN

“Air di selokan itu mengalir dari rumah sakit”,
katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-
jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir
muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan
untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis
baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di
kamar mati.
+
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi
selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding
sesuatu: ” hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—
alangkah indahnya!” tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan
yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya
itu, sayang sekali.

Definisi puisi yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2000:5) mengenai puisi sebagai karangan yang terikat oleh: 1) banyak baris dalam tiap bait; 2) banyak kata dalam tiap baris; 3) banyak suku kata dalam tiap baris; 4) rima; dan 5) irama.
Jika melihat contoh puisi di atas, maka hakikat atau definisi puisi yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo tersebut tidak cocok dengan bentuk puisi sekarang. Berikut beberapa definisi puisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Puisi merupakan bentuk karya sastra dengan bahasa yang terpilih dan tersusun dengan perhatian penuh dan keterampilan khusus dan puisi merupakan bahasa yang padat dan penuh arti (Rahmanto, 1996:47).
Menurut Coleridge (dalam Pradopo, 2000:6) Puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Adapun definisi puisi yang dikemukakan oleh Pradopo (2000:7) bahwa “Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.”
Setelah memahami mengenai hakikat puisi maka kita perlu memperhatikan beberapa langkah efektif dalam membaca dan memahami puisi, seperti yang dikemukakan oleh Gani (1988:174-177) berikut ini:
a.       Bacalah sebuah puisi berulang kali.
b.      Gunakanlah selalu kamus ketika membaca puisi.
c.       Bacalah puisi sambil mendengarkan gema suara dalam sanubari Anda.
d.      Perhatikanlah dengan seksama sesuatu yang disampaikan sebuah puisi.
e.       Berlatihlah membaca bersuara sebuah puisi berulang kali.
Untuk membantu memahami puisi, pembaca hendaknya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, diantaranya: “Siapakah si pembicara dan apa permasalahannya?” pertanyaan kedua adalah “ Apakah tujuan utama puisi ini?” setelah berhasil menjawab pertanyaan tersebut maka diajukanlah pertanyaan ketiga “Dengan cara bagaimana tujuan itu dikembangkan?”.
Pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab adalah “mengapa puisi harus diajarkan kepada siswa?” Stephen Dunning memberikan jawaban sebagai berikut:
a)      Puisi memungkinkan siswa dapat kesempatan untuk mempelajari karya sastra secara komplit dan terfokus.
b)      Puisi secara linguistik merupakan medan penjelajahan sastra yang kaya, dan merangsang siswa melihat nilai-nilai dan kemungkinan-kemungkinan dalam bahasa.
c)      Puisi, karena secara formal dan linguistik berbeda dengan cipta sastra lain,  siswa dapat membicarakan secara serius tentang kenyataan-kenyataan hidup yang belum terungkap oleh karya sastra lain.
Dalam rangka pencapaian tujuan belajar siswa/pelajar maka perlu diperhatikan sembilan konsep pengajaran puisi yang dikemukan oleh Gani (1988:177-190) berikut:
·         Konsep pertama: yang bukan penggemar dan bukan pembaca puisi yang baik, sebaiknya jangan menjadi guru puisi.
·         Konsep kedua: guru puisi seyogyanya hanya mengajarkan puisi yang benar-benar dihayatinya.
·         Konsep ketiga: guru hendaknya mengutamakan unsur pengalaman dalam proses belajar-mengajarnya.
·         Konsep keempat: guru hendaknya mengajarkan mekanik puisi secara induktif.
·         Konsep kelima: guru hendaknya menghindarkan diri dari cara pemberian penjelasan yang berlebih-lebihan tentang puisi.
·         Konsep keenam: suatu unit puisi hendaknya jangan sampai menghilangkan prinsip pengajaran puisi terpadu. Selama proses belajar berlangsung, guru selalu menjaga agar disamping pemerolehan belajar ynag bersifat instruksional, juga tercapai hasil belajar yang bersifat pendamping. Perolehan instruksional yang dimaksud adalah siswa memiliki kemampuan merespons dan menganalisis puisi yang dipelajarinya. Adapun perolehan pendamping adalah siswa mendapatkan keterampilan membaca, berbicara, menyimak, dan menulis.
·         Konsep ketujuh: siswa hendaknya diberi kesempatan untuk memilih sendiri puisi yang hendak dibaca, dipelajari dan didiskusikannya.
·         Konsep kedelapan: siswa yang ditugaskan membaca dan mempelajari puisi, sewaktu-waktu  hendaknya diminta menyatakan pendapatnya dengan bahasa yang puitis.
·         Konsep kesembilan: siswa hendaknya ditolong mengungkapkan bahwa puisi itu ditulis untuk segala hal.
Berikut pertimbangan-pertimbangan yang menjadi pedoman dalam pengajaran puisi agar pengajaran tersebut berlangsung sesuai dengan harapan:
1.      Jelaskan pada diri Anda sendiri secara tertulis, apa yang hendak diajarkan tentang puisi tersebut.
2.      Rencanakan tiga atau empat strategi untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
3.      Yakinkan diri Anda bahwa pengajaran yang Anda lakukan menuntut: kerja, respons, dan aktifitas dari siswa Anda.
4.      Jika Anda telah menyelesaikan proses pengajaran, tanya diri Anda dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
§  Apakah tujuan-tujuan pengajaran anda telah terfokus pada kerja, respons dan aktivitas siswa?
§  Apakah pertanyaan saya mencerminkan pertanyaan yang dapat dijawab siswa?
§  Apakah aktivitas yang saya tawarkan mengundang aktivitas siswa?
§  Apakah saya berbicara terlalu banyak?
§  Apakah saya memfokuskanya pada puisi saja dan tidak mengaitkannya dengan keterampilan berbahasa yang lain?
5.      Diskusikanlah dengan rekan sejawat Anda.

 
BAB III
PENUTUP
Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dalam proses pengajaran puisi karena itu dianjurkan bagi seorang pengajar yang tidak gemar membaca puisi agar tidak mengajarkan tentang puisi. Hal itu merupakan konsep utama dalam pengajaran puisi selain beberapa konsep lainnya, konsep-konsep dan langkah-langkah harus diambil dan dilaksanakan agar tujuan pengajaran tercapai. Tujuan-tujuan itu antara lain: siswa dapat bermain dengan bahasa seperti para penyair, belajar membaca puisi dengan baik sehingga citarasa sastranya meningkat, dan mempertajam kemampuan membaca siswa yang memungkinkan siswa tidak hanya mampu memperoleh makna namun memberi makna.

DAFTAR PUSTAKA

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respons dan Analisis. Dian Dinamika Press: Tanpa Tempat Terbit.
Pradopo, Rahmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Rahmanto, B. 1996. Metode Pengajaran Sastra. Kanisius: Yogyakarta.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar