Kamis, 13 Oktober 2011

Malam ini

Ku coba berbagi rasa
Pada angin yang sedang memeluk kelam
Tentang asa yang pernah ku gantung
Pada tangkai – tangkai malam

Ku coba berbagi kata
Pada rembulan yang sedang menatapku malu
Tentang rindu yang pernah ku tulis
Pada lorong – lorong hati

Kamis, 06 Oktober 2011

Sebuah Catatan

Tuntutan akan sebuah kedewasaan,
Menggenggam erat kemampuan di nadi ketidakmampuan.
Laku meluluhlantakkan logika pada lorong ruang dan waktu.          
Kepuasan ???.................................
Bukan !!!,
Kekuasaan ???...............................
Tidak !!!.
Hanya kesalahan bahasa
Yang berakibat pada komunikasi
Menabrak dinding - dinding adab yang mulai rapuh oleh usia.
Kedewasaan salah arah.
Ya, kedewasaan yang tidak di topang oleh tiang - tiang pengetahuan yang kuat.
Ternyata, kedewasaan tidak lahir dari terowongan Mina ataupun Casablanca,
Bahkan kedewasaan tidak tergambar pada lembar - lembar rupiah
Ataupun cincin bermata berlian.
Kedewasaan itu, ada pada olah fikir yang dibungkus rapi oleh pengetahuan.

Amanwana


Selasa, 04 Oktober 2011

Ku Hanya Ingin


I
Ku hanya ingin
Kau tak biarkanku terkapar letih
Pada bias-bias ilusi
Biarkanku berdiri,melangkah gapaimu.
Agar ku tak terkulai gontai di bibir cahyamu

Ku hanya ingin
Mencari cinta di lubuk hati
Bukan pada bayang – bayang yang terkoyak
Yang hilang tak bersuara

Ku hanya ingin
Mencari makna pada sederet kata
Pada selaksa laku
Pada seonggok peristiwa
Walau tak ingin menghitung waktu
                                                                           
Ku hanya ingin
Berteriak dalam bisunya bisu
Tentang gita malam yang syahdu
Tentang galau dan duka
Bahkan tentang kau.


II
Ada rasa menghantam – hantam sukma ini
Ketika pergimu,pulang kembali
Setelah sepintas pertemuan itu
Setelah selintas perkenalan itu
Ada diam menyeruak membakar kata
Di kerongkongan menghadang
Hingga dada di penuhi kata yang tak terungkap

Rindukah yang menggoda ?
Hingga selangit ingin meronta – ronta
Akan pertemuan datang kembali
Penuhi ruang dan waktu dengan kata
Menjadikan kalimat sebuah isyarat
Untuk kita tancapkan pada dinding rembulan

III

Ketika malam merangkak lirih
Ada rindu menghempas lepas
Pada sepotong lembaran asa
Terkapar diujung dengkuran luka

Rembulan tertunduk menatap sepi
Mengusap tetesan air mata sunyi
Anak angin duka berebutan
Menampar pucuk – pucuk daun luka

Rabu, 28 September 2011

RINDU

Kelam menampar sepi
Di penghujumg September
Sunyi terdiam di antara nyanyian penat
Rapuhku tapaki bukit rindu pada yang tak tampak.

Angin menghempas tepi kalbu
Pada tiap andai dan mengapa
Ketika rembulan tak lagi bersinar
Keluhku jilati tiap angkuhku pada pemilik alam