Kamis, 06 Februari 2014
SMPN 1 SUMBAWA: Lagu Sumbawa .... free download
SMPN 1 SUMBAWA: Lagu Sumbawa .... free download: Free Download Lagu Sumbawa - Lonto Engal - Ela Bate Tarang Tajo.mp3 - Kemang bilin puin.mp3 - Kemang Kuning.mp...
Rabu, 08 Januari 2014
APRESIASI PUISI
A. PENGERTIAN PUISI
Puisi adalah suatu bentuk seni yang menggunakan kekuatan dan
keindahan bahasa dan mengandalkan kualitasnya untuk menciptakan interpretasi
yang beragam bagi tiap orang.
Puisi adalah salah satu karya sastra
tertua dalam sejarah manusia. syair-syair mitologi Yunani seperti Iliad dan
Odyssey karya Homerus juga kitab-kitab kebijaksanaan Tao dan Konfusius, atau
tradisi sastra lokal seperti pantun, gurindam, seloka, dsb, semuanya disajikan
dalam syair-syair yang indah. Dalam kata-kata puisi terekam peristiwa-peristiwa
yang mengilhami penyairnya sehingga kita dapat ikut melihat isi pikiran penyair
dan merasakan apa yang ia alami. Melalui puisi kita dapat melacak sejarah
hidup seorang penyair bahkan sejarah suatu bangsa.
Indonesia memiliki sastrawan dan penyair
yang terkenal dari generasi ke generasi. Setiap generasi memiliki perbedaan
ciri khas berdasarkan tema yang diangkat dalam setiap karya sastra. Perbedaan
ini dipengaruhi oleh keadaan sosial politik bangsa Indonesia saat itu. Seiring
dengan budaya kebebasan berekspresi dan kemajuan teknologi informatika, karya
sastra kini dapat diakses melalui internet. Kini urusan menulis dan
mengapresiasi karya sastra tidak lagi didominasi oleh generasi pendahulu yang
telah mapan dalam dunia sastra. Hampir setiap individu dapat mempublikasikan
karyanya kepada khalayak melalui media blog. Kehadiran
komunitas-komunitas sastra dalam dunia cyber baik yang dikelola oleh
pemerintah, organisasi ataupun individu juga maraknya sayembara menulis karya
sastra mendorong lahirnya penyair-penyair muda Indonesia.
Bertolak dari kenyataan tersebut, puisi
sebagai salah satu karya sastra juga telah melalui proses perkembangan. Para
penyair terus menerus bereksperimen dalam menuturkan puisi. Hal ini dilakukan
karena dalam proses apresiasi puisi, selain penyair, pembaca pun berperan
penting dalam pemaknaan puisi. Disinilah letak keindahan puisi karena kedudukan
penyair dan pembaca dalam mengapresiasikan puisi adalah setara.
Puisi dapat dituturkan menggunakan
berbagai macam cara untuk memperindah maknanya. menyampaikan puisi melalui aksi
teatrikal, lagu, dan ilustrasi adalah cara-cara yang digunakan penyair. Seperti
sebuah cerita, puisi dapat dituturkan melalui sebuah alur. Disinilah terjadi
kolaborasi dari berbagai disiplin seni sehingga tercipta suatu karya seni indah
yang awalnya hanyalah berupa kata-kata. Penggunaan ilustrasi pada puisi
bukanlah sebuah konsep baru. Dari waktu ke waktu seiring dengan perjalanan seni
sastra dan seni rupa, para penyair mencoba berkolaborasi dengan para seniman
dalam berbagai proyek ilustrasi puisi. Bentuk ilustrasi puisi pun sangat
beragam mulai dari ilustrasi manual dengan berbagai macam teknik, menggunakan computer
graphic, hingga ilustrasi berbentuk seni instalasi dan lain sebagainya.
Buku ilustrasi puisi adalah salah satu bentuk media kolaborasi antara unsur
verbal dari puisi dengan unsur visual dari gambar. Di Indonesia sendiri, buku
seperti ini masih jarang ditemui di pasaran buku pada umumnya. Walaupun demikian,
proyek-proyek sejenis masih dijalankan secara independen oleh komunitas –
komunitas sastra dan seni rupa.
B.
PENDEKATAN
DALAM APRESIASI
Pendekatan sebagai
suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seorang sewaktu
mengapresiasi sebuah karya sastra.
Keanekaragaman pendekatan yang digunakan ditentukan
oleh :
- Tujuan dan apa yang akan di apresiasi
- Bagaiman proses kegiatan apresiasi berlangsung
- Landasan teori apa yang digunakan dalam mengapresiasi.
Bertolak dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi,
pembaca dapat menggunakan pendekatan meliputi
1.
Pendekatan PARAFRASTIS
Pengertian
pendekatan parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu
cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan
pengarang dengan menggunakan kata – kata maupun kalimat yang berbeda dengan
kata – kata atau kalimat yang digunakan oleh pengarang.
Tujuan akhir dari pendekatan ini adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau
kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna
yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
Prinsip dasar dari penerapan pendekatan parafrastis
adalah pada hakikatnya berangkat dari pemikiran bahwa :
- Gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda
- Simbol – simbol yang bersifat konotatif dapat diganti dengan simbol – simbol yang tidak mengandung ketaksaan ( mempunyai makna lebih dari satu,kabur atau meragukan _ AMBIGU ) makna.
- Kalimat – kalimat atau baris dalam suatu cipta sastra yang mengalami pelesapan dapat dikembalikan kepada bentuk dasarnaya
- Mempermudah upaya pembaca dalam memahami makna yang terkandung dalam suatu cipta sastra.
- mempertajam,memeperluas dan melengkapi pemahaman gagasan yang diperoleh oleh pembaca.
2. Pendekatan EMOTIF
Pendekatan
emotif dalam mengapresiasi cipta sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur – unsur yang mengajak (
memeriksa atau hendak mengetahui isi hati, perasaan atau pikiran orang_ menduga
) emosi atau perasaan pembaca.
Prisip
dasar yang yang melatarbelakangi adanya pendekatan emotif ini adalah pandangan
bahwa cipta sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir di hadapan
pembaca untuk dinikmati sehingga mampu untuk memberikan hiburan dan kesenangan.
Dalam pelaksanaan pendekatan emotif ini pembaca akan
dihadapkan pada pertanyaan – pertanyaan tentang
:
- Adakah unsur – unsur keindahan dalam cipta sastra yang akan di baca ?
- Bagaimana pengarang menampilkan keindahan itu ?
- Bagaimana wujud keindahan itu ?
- Bagaimana cara pembaca menemukan keindahan itu ?
- Berapa banyak keindahan itu dapat ditemukan ?
Keindahan dalam sebuah cipta sastra bisanya berhubungan dengan gaya bahasa,
penyampaian cerita, peristiwa maupun gagasan tertentu yang lucu dan menarik (Fiksi
),pola persajakan dan paduan bunyi yang menghadirkan unsur – unsur musikalitas
yang merdu dan menarik sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan pada
pembacanya.
3.
Pendekatan ANALITIS
Pengertian
pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan,
cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide – idenya, sikap pengarang
dalam menyampaikan gagasan, elemen instrinsik dan hubungan elemen – elemen
instrinsik tersebut sehingga ada keselarasan dan kesatuan dalam rangka
membangun totalitas bentuk dan totalitas makna.
Dalam
pendekatan ini pembaca selalu dihadapkan pada pertanyaan :
- Unsur – unsur apa yang membangun karya sastra
- Bagaimana unsur – unsur itu ditata dan diolah oleh pengarang
- Bagaimana peranan setiap unsur tersebut.
- Bagaimana hubngan antara unsur yang satu dengan yang lainnya.
- Bagaimana cara memahaminya.
Jika pembaca
berusaha mencari jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut, maka
sebenarnya pembaca telah melaksanakan atau menerapkan pendekatan analitis.
Penerapan
pendekatan analitis pada dasarnya akan menolong pembaca dalam upaya mengenal
unsur – unsur instrinsik yang secara aktual telah berada dalam cipta sastra
tersebut.
BUATMU
BUAT KAU YANG JAUH.
Meratapi rasa di pelataran duka
Ketika sunyi menggulung bebas
Menjilati luka yang hampir kering
Rinduku berulang di tetes hening
Padamukah........
Yang pernah menebarkan asa
Di rentang waktu senyap
Lalu...kau luluhlantakkan dalam diam
Hingga ku coba berdamai dengan hati
Meratapi rasa di pelataran duka
Ketika sunyi menggulung bebas
Menjilati luka yang hampir kering
Rinduku berulang di tetes hening
Padamukah........
Yang pernah menebarkan asa
Di rentang waktu senyap
Lalu...kau luluhlantakkan dalam diam
Hingga ku coba berdamai dengan hati
Senin, 30 Desember 2013
ARTIKEL
HAMBATAN
DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS BAGI PENDIDIK
Oleh : SRI RAHAYU SUPRIHARTINI,
S.Pd
Keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik.
Kompetensi menulis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik untuk pengembangan karir mereka. Hal tersebut disyaratkan oleh
Permenpan no. 16 tahun 2009. Peraturan tersebut menetapkan bahwa setiap naik
golongan kepangkatan, guru wajib membuat artikel yang dimuat di media massa
maupun di jurnal ilmiah. Untuk pendidik dengan golongan kepangkatan III/a yang
ingin naik ke III/b, wajib membuat tiga buah makalah yang berkaitan dengan
bidang ajarnya. Kenaikan dari III/b ke III/c, wajib menulis artikel dan dimuat
di koran/majalah yang resmi baik level nasional maupun lokal. Ketentuan seperti
itu juga berlaku untuk usulan kenaikan golongan kepangkatan dari III/c ke
III/d. Khusus untuk kenaikan dari III/d ke IV/a guru wajib membuat penelitian
dan hasilnya diterbitkan di jurnal yang memiliki ISSN keluaran LIPI.
Pada kenyataannya masih
banyak pendidik yang tidak mau menulis. Banyak pendidik yang masih belum bisa
naik pangkat ke IV/b karena tidak mau atau tidak mampu membuat karya ilmiah.
Masih banyak guru yang belum mau dan mampu menulis untuk pengembangan
profesinya. Padahal berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh pihak terkait
seperti : pelatihan-pelatihan telah sering dilakukan pihak terkait untuk
mengembangkan kemampuan pendidik dalam bidang penulisan karya ilmiah.
Perkembangan teknologi dan buku-buku
yang terkait dengan menulis karya ilmiah juga sudah begitu banyak. Bahkan
berbagai momen perlombaan diciptakan sebagai upaya dalam pengembangan kemampuan
menulis pendidik seperti : pemilihan pendidik berprestasi/ pendidik teladan dan
inovasi pembelajaran.
Apabila
diidentifikasikan ada beberapa faktor yang menyebabkan pendidik tidak mau atau
tidak mampu menulis. Masalah motivasi merupakan masalah utama yang dihadapi
pendidik. Pendidik tidak mau menulis disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama, pendidik
kurang percaya diri terhadap potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini
terkadang disebabkan oleh banyak pendidik berasumsi bahwa hasil dari tulisannya
harus sangat bagus. Padahal kemampuan menulis merupakan suatu proses yang
memerlukan tahapan-tahapan sehingan tulisan yang dihasilakan menjadi bagus.
Para pendidik merasa khawatir tulisan yang dihasilkannya akan memiliki banyak
kekurangan dan kesalahan. Seharusnya pendidik sebagai penulis harus mampu
menghargai karyanya karena tulisan tidak ada sempurna pasti saja ada yang kekurangannya.
Kedua,
pendidik malas dan merasa tidak senang hati untuk menulis. Penyebab hal ini ada
beberapa hal diantaranya pendidik berasumsi bahwa menulis menghabiskan waktu
yang banyak, membutuhkan pengetahuan yang luas, hal yang ditulis tentang
sesuatu yang spektakuler, memerlukan referensi bacaan yang banyak. Sementara
kebiasaan pendidik kurang senang membaca, tidak mau terus belajar mengenai
berbagai hal yang baru dan tidak mau mengembangkan kemampuan yang sudah
dimiliki dan tidak ingin menjadi pendidik yang madiri, kreatif, inovatif dan
berusaha lebih baik dari waktu ke waktu
Kedua hal di atas
menjadi penyebab mengapa banyak pendidik sudah banyak mendapat pelatihan
menulis dan telah mendapat segudang teori menulis tetap saja tidak mau menulis.
Sebaiknya pelatihan yang dilakukan oleh pihak
terkait akan lebih baik hasilnya apabila diikuti oleh kegiatan
pembimbingan secara terus menerus sampai seorang pendidik menghasilkan suatu
produk karya ilmiah yang baik.
Masalah kedua yang menyebabkan
pendidik tidak menulis adalah pendidik tidak mampu menulis. Masalah ini
dipengaruhi beberapa hal diantaranya menurut Darwis Sembiring ada empat faktor
yang dapat diidentifikasi menjadi penyebab guru sulit menulis, yaitu karena :
1. Kurang
membaca;
2. Kurang
berlatih menulis;
3. Kerancauan
dalam berpikir;
4. Kerancauan
dalam berbahasa.
Hal
di atas bisa juga terjadi karena pendidik tidak pernah mengikuti pelatihan dan
rendahnya kemampuan pendidik tentang karya tulis ilmiah ketika dibangku kuliah.
Ketiga,
banyak
pendidik tidak memahami manfaat menulis. Pengetahuan pendidik tentang manfaat
menulis terkadang hanya sebatas menulis bermanfaat untuk kelancaran kenaikan
pangkat pendidik. Seharusnya pengetahuan tentang manfaat menulis dapat
memberikan dorongan bagi pendidik untuk terus menulis. Adapun manfaat menulis
bagi pendidik selain hal di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Menulis
menjadi media untuk menuangkan ide mengenaiberbagai hal tentang tugas dan
fungsi sebagai pendidik
2. Menulis
meruapakan media bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
yang dihadapi pendidik dalam fungsinya sebagai pendidik.
3. Menulis
bermanfaat untuk pengembangan bahan pembelajaran dalam mata pelajaran yang
diembaninya
4. Tulisan
akan menjadi investasi bagi pendidik untuk kepentingan akhirat
5. Menulis
akan mengikat pengetahuan yang dimiliki oleh penulis
6. Menulis
sebagai bagian dari pertanggungjawaban profesi terhadap stakeholdernya
7. Menulis
dapat mengantarakan penulisnya sebagai jutawan
8. Menulis
akan mengantarkan penulisnya sebagai seorang yang terkenal
Penulis sangat setuju
terhadap kalimat yang ditayangkan di layar LCD ketika Pak Karwo memberikan
materi tentang Menulis Artikel Ilmiah di forum MGMP Gugus II Sumbawa pada
tanggal 21 November 2013 bahwa jangan Anda pikirkan apa yang akan ditulis
tetapi tulislah apa yang Anda pikirkan
ARTIKEL HASIL MGMP BAHASA INDONESIA GUGUS III
BEBERAPA KONSEP
DALAM PENGAJARAN PUISI
OLEH:
JUMIANTI DIANA, S.S.
GURU BAHASA INDONESIA
SMP NEGERI 1 MOYO HILIR
SUMBAWA
NUSA TENGGARA BARAT
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Puisi sebagai salah satu
karya sastra banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Meskipun
demikian, dalam proses belajar-mengajar sastra seperti puisi terdapat berbagai
kesulitan. Jika menjadi pengajar sastra dalam hal ini puisi, kita mengetahui
cara memulai tugas yang cukup sulit tersebut, maka tak ada seorang pelajar pun
yang tidak tertolong untuk dapat memahami dan menikmati puisi yang dibacanya.
Dalam usaha mengajarkan
tentang cara menikmati puisi, dijumpai dua hambatan yang cukup menggangu.
Pertama, adanya anggapan bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya
lagi. Kedua, adanya pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi
sering tersandung pada ‘pengalaman pahit’. Pandangan semacam ini mungkin sekali
berasal dari para pelajar yang berkemauan keras memahami dan menikmati sajak-sajak
terkenal yang ditulis oleh para penyair terkenal yang sering menggunakan
simbol, kiasan, dan ungkapan-ungkapan tertentu yang membingungkan. (Rahmanto,
1996:44-45).
Upaya untuk mengatasi
kesulitan atau hambatan-hambatan seperti di atas maka kita perlu mengetahui:
Bagaimanakah konsep dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses
pengajaran puisi? Pembahasan dalam artikel ini bertujuan untuk mengetahui
konsep-konsep dan langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang pengajar puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sebelum membahas mengenai
konsep-konsep dan langkah-langkah mengenai pengajaran puisi, terlebih dahulu
harus dipahami hakikat dari puisi itu sendiri. berikut merupakan contoh puisi
Sapardi Djoko Damono
AIR SELOKAN
“Air di selokan itu mengalir dari rumah sakit”,
katamu pada suatu hari minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-
jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir
muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan
untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis
baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di
kamar mati.
+
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi
selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding
sesuatu: ” hore, ada nyawa lagi
terapung-apung di air itu—
alangkah indahnya!” tapi kau tak mungkin lagi menyaksikan
yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir
baunya
itu, sayang sekali.
Definisi puisi yang
dikemukakan oleh Wirjosoedarmo (dalam Pradopo, 2000:5) mengenai puisi sebagai
karangan yang terikat oleh: 1) banyak baris dalam tiap bait; 2) banyak kata
dalam tiap baris; 3) banyak suku kata dalam tiap baris; 4) rima; dan 5) irama.
Jika melihat contoh puisi
di atas, maka hakikat atau definisi puisi yang dikemukakan oleh Wirjosoedarmo
tersebut tidak cocok dengan bentuk puisi sekarang. Berikut beberapa definisi
puisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Puisi merupakan bentuk
karya sastra dengan bahasa yang terpilih dan tersusun dengan perhatian penuh
dan keterampilan khusus dan puisi merupakan bahasa yang padat dan penuh arti
(Rahmanto, 1996:47).
Menurut Coleridge (dalam
Pradopo, 2000:6) Puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Adapun
definisi puisi yang dikemukakan oleh Pradopo (2000:7) bahwa “Puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu
yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi
kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang
penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.”
Setelah memahami mengenai
hakikat puisi maka kita perlu memperhatikan beberapa langkah efektif dalam
membaca dan memahami puisi, seperti yang dikemukakan oleh Gani (1988:174-177)
berikut ini:
a.
Bacalah
sebuah puisi berulang kali.
b.
Gunakanlah
selalu kamus ketika membaca puisi.
c.
Bacalah
puisi sambil mendengarkan gema suara dalam sanubari Anda.
d.
Perhatikanlah
dengan seksama sesuatu yang disampaikan sebuah puisi.
e.
Berlatihlah
membaca bersuara sebuah puisi berulang kali.
Untuk membantu memahami
puisi, pembaca hendaknya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri, diantaranya:
“Siapakah si pembicara dan apa permasalahannya?” pertanyaan kedua adalah “
Apakah tujuan utama puisi ini?” setelah berhasil menjawab pertanyaan tersebut
maka diajukanlah pertanyaan ketiga “Dengan cara bagaimana tujuan itu
dikembangkan?”.
Pertanyaan selanjutnya
yang harus dijawab adalah “mengapa puisi harus diajarkan kepada siswa?” Stephen
Dunning memberikan jawaban sebagai berikut:
a)
Puisi
memungkinkan siswa dapat kesempatan untuk mempelajari karya sastra secara
komplit dan terfokus.
b)
Puisi
secara linguistik merupakan medan
penjelajahan sastra yang kaya, dan merangsang siswa melihat nilai-nilai dan
kemungkinan-kemungkinan dalam bahasa.
c)
Puisi,
karena secara formal dan linguistik berbeda dengan cipta sastra lain, siswa dapat membicarakan secara serius
tentang kenyataan-kenyataan hidup yang belum terungkap oleh karya sastra lain.
Dalam rangka pencapaian
tujuan belajar siswa/pelajar maka perlu diperhatikan sembilan konsep pengajaran
puisi yang dikemukan oleh Gani (1988:177-190) berikut:
·
Konsep
pertama: yang bukan penggemar dan bukan pembaca puisi yang baik, sebaiknya
jangan menjadi guru puisi.
·
Konsep
kedua: guru puisi seyogyanya hanya mengajarkan puisi yang benar-benar
dihayatinya.
·
Konsep
ketiga: guru hendaknya mengutamakan unsur pengalaman dalam proses
belajar-mengajarnya.
·
Konsep
keempat: guru hendaknya mengajarkan mekanik puisi secara induktif.
·
Konsep
kelima: guru hendaknya menghindarkan diri dari cara pemberian penjelasan yang
berlebih-lebihan tentang puisi.
·
Konsep
keenam: suatu unit puisi hendaknya jangan sampai menghilangkan prinsip
pengajaran puisi terpadu. Selama proses belajar berlangsung, guru selalu
menjaga agar disamping pemerolehan belajar ynag bersifat instruksional, juga
tercapai hasil belajar yang bersifat pendamping. Perolehan instruksional yang
dimaksud adalah siswa memiliki kemampuan merespons dan menganalisis puisi yang
dipelajarinya. Adapun perolehan pendamping adalah siswa mendapatkan
keterampilan membaca, berbicara, menyimak, dan menulis.
·
Konsep
ketujuh: siswa hendaknya diberi kesempatan untuk memilih sendiri puisi yang
hendak dibaca, dipelajari dan didiskusikannya.
·
Konsep
kedelapan: siswa yang ditugaskan membaca dan mempelajari puisi,
sewaktu-waktu hendaknya diminta
menyatakan pendapatnya dengan bahasa yang puitis.
·
Konsep
kesembilan: siswa hendaknya ditolong mengungkapkan bahwa puisi itu ditulis
untuk segala hal.
Berikut
pertimbangan-pertimbangan yang menjadi pedoman dalam pengajaran puisi agar
pengajaran tersebut berlangsung sesuai dengan harapan:
1.
Jelaskan
pada diri Anda sendiri secara tertulis, apa yang hendak diajarkan tentang puisi
tersebut.
2.
Rencanakan
tiga atau empat strategi untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
3.
Yakinkan
diri Anda bahwa pengajaran yang Anda lakukan menuntut: kerja, respons, dan
aktifitas dari siswa Anda.
4.
Jika
Anda telah menyelesaikan proses pengajaran, tanya diri Anda dengan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
§ Apakah tujuan-tujuan pengajaran
anda telah terfokus pada kerja, respons dan aktivitas siswa?
§ Apakah pertanyaan saya
mencerminkan pertanyaan yang dapat dijawab siswa?
§ Apakah aktivitas yang
saya tawarkan mengundang aktivitas siswa?
§ Apakah saya berbicara
terlalu banyak?
§ Apakah saya memfokuskanya
pada puisi saja dan tidak mengaitkannya dengan keterampilan berbahasa yang
lain?
5.
Diskusikanlah
dengan rekan sejawat Anda.
BAB
III
PENUTUP
Ada banyak hal yang perlu
dipersiapkan dalam proses pengajaran puisi karena itu dianjurkan bagi seorang
pengajar yang tidak gemar membaca puisi agar tidak mengajarkan tentang puisi.
Hal itu merupakan konsep utama dalam pengajaran puisi selain beberapa konsep
lainnya, konsep-konsep dan langkah-langkah harus diambil dan dilaksanakan agar
tujuan pengajaran tercapai. Tujuan-tujuan itu antara lain: siswa dapat bermain
dengan bahasa seperti para penyair, belajar membaca puisi dengan baik sehingga
citarasa sastranya meningkat, dan mempertajam kemampuan membaca siswa yang
memungkinkan siswa tidak hanya mampu memperoleh makna namun memberi makna.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
رَ بَّنَا ا نْفَعْنَا ِبمَا عَلَّمْتَنَا رَبِّ عَلِّمْنَا الَّذِي يَنْفَعُنَا, رَبِّ فَقِّهْنَا وَفَقِّهْ اَهْلَنَا وَقَرَابَات لِّنَا...
-
NOTANG Ku angkang matano siup Saribu arap ku tulang do Ada ke jangi ruana Nongka ku bajangi ke jangi Lamen nan po lok ate ...
-
Gudang Garasi: SANDIWARA RADIO TUTUR TINULAR : Dulu, sebelum ada banyaknya stasiun televisi, radio merupakan sarana hiburan yang banyak dige...