ASA YANG PERGI
Betapa gamangnya akuketika terombang ambing ketidakpastianakan sebuah keinginan rasayang kerapkali hadir disetiap deretan tanyakubahkan di waktu dan masakuKucoba menata sikap.agar kupahami makna diriakan hasrat bukanlah kesia-siaanInikah isyarat yang tertancapkanpada dinding- dinding rembulan.Isyarat akan sebaris syair tentang asaYang jadikan diamku tersentak.Entahlah……
Sedang diam pun tak terduga2013
Suatu kali,Pernah ku gurat sederet kalimatdi atas selembar raguKau bingung,tinggalkan aku.Suatu kali,
Rinduku melunglai
Kau datang menggurat senyum dibibir kelam
Ada yang terlupa
Di sudut diam,ku terpekur bisu
Ketika nyanyian rasa bukan lagi punyakuII
Ku rasakan keangkuahanku
Ada sujud dalam angkuh
Ada do'a dalam dosa
Ada sesal dala asa
Ada kau dalam aku
Ada cinta dalam dusta2013
Kata mengurai luka
S
Sepotong malam
INGIN
I
Aku adalah kataII
Kala gita berganti
Malam bergulir perlahan
buat jari-jari yang menancapkan kedamaian
buat wajah yang tak lepas dari ingatku
buat nama yang selalu hadir bersama nafasku.....2013
BUAT ADIKKU
Kita yang datang
Padamu
Buat cerita yang mengalir tanpa kesan
Ketika bingung ada
Di tengah hamparan ilusi
Tak kuduga asa tertelan kelam
Bulan menanti di persimpangan
Sekumpulan angin datang berbaris-baris
Membentuk deretan empat - empat
Beralas badai di tengah samudra
Ragumu, dalam rindu terkapar
Bismillahirrahmanirrahim.......................II
Hidup adalah sambut pagi dengan cinta dan kopi
Ketakutan yang terpahami2013
KU HANYA INGINKu hanya inginKau tak biarkanku terkapar letih Pada bias-bias ilusiBiarkanku berdiri,melangkah gapaimu.Agar ku tak terkulai gontai di bibir cahyamuKu hanya inginMencari cinta di lubuk hatiBukan pada bayang – bayang yang terkoyakYang hilang tak bersuaraKu hanya inginMencari makna pada sederet kataPada selaksa laku ,Pada seonggok peristiwaWalau tak ingin menghitung waktuKu hanya inginBerteriak dalam bisunya bisuTentang gita malam yang syahduTentang galau dan dukaBahkan tentang kau.2013
RASA INIAda rasa menghantam – hantam sukma iniKetika pergimu,pulang kembaliSetelah sepintas pertemuan ituSetelah selintas perkenalan ituAda diam menyeruak membakar kataDi kerongkongan menghadangHingga dada di penuhi kata yang tak terungkapRindukah yang menggoda ?Hingga selangit ingin meronta – rontaAkan pertemuan datang kembaliPenuhi ruang dan waktu dengan kataMenjadikan kalimat sebuah isyaratUntuk kita tancapkan pada dinding rembulan2013
RINDUKU DI SEPOTONG MALAMKetika malam merangkak lirihAda rindu menghempas lepasPada sepotong lembaran asaTerkapar diujung dengkuran lukaRembulan tertunduk menatap sepiMengusap tetesan air mata sunyiAnak angin duka berebutanMenampar pucuk – pucuk daun lukaKu coba berbagi rasaPada angin yang sedang memeluk kelamTentang asa yang pernah ku gantungPada tangkai – tangkai malamKu coba berbagi kataPada rembulan yang sedang menatapku maluTentang rindu yang pernah ku tulisPada lorong – lorong hati2013
AKUAku mengalir bagai air di sungaiMeliuk mengikuti celah – celah bebatuanSesekali menyapa ragu sisi tebingMenyalami daun kangkung liaryang asyik menjilati buihAku bertiup bagai angin malamBerhembus memenuhi ruang dan waktuBeberapa kali menyingkap renda jilbabMencumbui setiap tikungan jalanDalam buaian raguAku berhamburan bagai debuMemeluk siang dalam teriknya mentariBerkali – kali menampar sudut gangTertidur di atas kursi tanpa alasDengan selaksa mimpiAku berkedip bagai sebatang lilinMenerangi kelam ketika malam tinggal sepotongSesekali menjilati nakal ujung tirai jendelaMenari – nari dalam galau Dan dukaDiantara sejuta guratan luka2013
DIANTARA KUMPULANDiantara raguku atas rembulanSelaksa ingin menuai mimpiDi tengah hamparan ilusiKumpulkan asa yang terserakDiantara ilalang fatamorganaMatahari menampar kalbuDi tengah samudra galauKumpulkan harap yang tercecerDiantara malam tinggal sepotongSunyi antarkan rindu di anganDi tengah guratan kelamKumpulkan bingungmu jadi dukaDiantara hati yang terpecahSegumpal dosa memenuhi ronggaDi tengah laku tanpa kakuKumpulkan luka – luka jadi bahagiaDiantara Arfi dan AfniSegenggam tanggungjawab mengangkangDi tengah badai melandaKumpulkan kata jadi cinta kasih2013
GALAU( Buat Asa Di Bulan )IWahai angin yang berdukaYang menghembuskan nafas rinduAda sejumput cahya rembulan menata lakuDi sudut luka sepotong malamTerangi persimpangan keempatCahyanya menampar ilusiHingga menitikkan air mata galauDi setiap goresan ragu pucuk daunAku bertanya tentang makna bisu padamuAku bertanya tentang makna galau padamuDan aku bertanya tentang ragu terdiamRindukah................Padahal asa terkapar merontaIISelamat datang kelamKita jumpa lagi di lereng malamLihatlah, bulan sedang bersolek maluTak ingin tampakkan wajahnyaKemarilah kelam sahabatkuPangku aku.Tapi siapa yang kau gendong itu ?Sunyikah......sang kekasih jiwaAhh,Kenapa kau ajak diaPadahal aku ingin bermesraan denganmu.Tapi, sudahlahBiarkan dia duduk di tengah-tengah kita..........................................................IIISelembar daun kering terkoyakTerlentang di persimpangan lakumenanti asa pada hembusan anginBahkan pada tutur terkulai kakuSelembar daun kering menggeliatTerhimpit di persimpangan raguMeniti harap pada bara mentariBahkan pada luluhnya sukma lukaIVPenatku meronta penatluluh lantakkan emosi pada tiap kedipanJenuh meringis lirihDiantara diamnya diamMenguraikan empatpuluhsatu kisahSejak tujuh merangkai laraMembias pada bisunya bisuTebersit rindu merundukPada kata yang hilang melayangDari sebuah kalimat panjangDi atas kertas terkoyak rapuhRancu tak terpahamiKalimat kehilangan maknaVTerpancar rindu memerahPada sepuluh irisan lukaLirih mengerang dalam diamDi tiap detak jantung menghempasLuluh tak berlaguLuka mengiris dalamVIAda keraguan menatap langitKenangan bertengger di awan hitamLalu pergi terbawa angin rinduMeluluhlantakkan menara asa di bukit terkasih..2013
RINDU
Kelam menampar sepi
Angin menghempas tepi kalbu
Pada tiap andai dan mengapa
Ketika rembulan tak lagi bersinar
Keluhku jilati tiap angkuhku pada pemilik alam2013
BUAT ADIKKU YANG JAUH
Telah tergurat sekelumit gita tentang sebuah kehausan,di atas helai - helai daun kita adikku.Tiada ku tahu tentang kitayang telah kehilangan tetes - tetes getah,tiada kutahu tentang kitayang telah terkulai layu dan lusuh.Walau kerapkali nuansa selangit inginlantunkan tembang cinta membahana.Itulah kita adikku.Kita yang tak pernah tahu tentang segudang isyaratyang hilang, hancur dan punah,terbawa fenomena yang indahyang memang telah lama pergi.Celotehpun kehilangan nadasaat bayu bisikkan kalimat bisu.Dan helai - helai daun kita menguning, mengering,lalu jatuh terbang terbawa asa.Hingga bersemayam di atas gumpalan - gumpalan awan hitam.itulah kita adikku,Kita yang tak pernah tahu guratan - guratan hari esokwalau selaksa hari telah tergenggam.2013
PENANTIAN
Pada waktu yang jauhPernah kata lepaskan dahagaAkan datangnya musimDalam buaian lentiknya jari bundaPada masa yang jauhPernah janji terangi jalanDari bibir yang mengembangJiwa bagai dalam elusan kekasihJauh sudah waktu pergiJanji terpekur di sudut diamPada setiap andai dan mengapaHari menuntun jiwa yang rapuh.2013
WAHAI ZAMAN
Bibir zaman mulai berucapKetika roda kehidupan mulai berderakMelindas gumpalan kebenaran jadi hancurMengepulkan debu - debu keadilan tanpa bentukMenyebarkan amis keserakahan manusiaAkan keadilan dibuat alasanbahkan kebenaran jadi siasatBibir zaman menganga dan berteriakKetika kebebasan adalah penghianatanPada manusia yang lupaHingga menjadikan buas dan kejamPejamkan mata agar tiada melihatTutup telinga agar tiada mendengarAkan batu yang hancur jadi pasirZaman mulai muakAkan tawa bukan lagi kebahagiaanAkan tutur bukan lagi lahir dari hati yang tulusDan kita disini......Terpekur diam dengan mata yang merahEntah tangisEntah dendamatau mungkin marah yang tertahankanSambil menanti kelanjutan kisah zaman2013
PADAMUIPadamu tergurat cinta di bulanBintang gemintang menyaksikanLihatlah, bukan cuma guratanAda kepastian yang bukan mainanPadamu terlintas kasih di bungaDaun - daunan tertawa sukaMenandakan ini bukan dustaApalagi buaian ilusi belakaPadamu terpampang rindu di bak sampahDiantara kertas - kertas buramBekas surat cinta yang belum jadiWalau malam sudah hampir usaiPadamu terlukis asa di tidurHarap mimpikan kau hadirHentikan jantung yang berdebarDengan sayang yang berakar.IINyanyian di sepertiga malamDikaukah yang mendendangkan....Yang menanti kebebasan dari belenggu beribu keinginanAtaukah aku........Yang masih mendekamDalam penjara keterpaksaanNyanyian di sepertiga malamHampir usaiTinggal beberapa baris kata dan nadaTapi siapa yang mendendangkannya.....IIIDalam kau tiadakan luputMenyusup takut dalam selimutGelitikkan perut keriputTusuk - tusukkan jadi kalutIkhtiat telah habis terpautPintu kemenangan masih tertutupNafsu kau tetap meletup - letupkarena jani di dompet mengikutDalam kau masih terperangkap takutSampai hasrat muncul menjerumusPadahal diam tak kan ada jurusYang melepaskan perangkap kalutDalam kau amarah meledak - ledakdari rumak kerumah berteriaknafas tua semakin sesakMendengar caci maki mengoyakTuhan, dengarlahkokok ayam yandakan pagiDo'a ini usailah sudahTandai hinaan datang lagi.2013
SEBUAH CATATANTuntutan akan sebuah kedewasaan,Menggenggam erat kemampuan di nadi ketidakmampuan.Laku meluluhlantakkan logika pada lorong ruang dan waktu.Kepuasan ???...Bukan !!!Kekuasaan ???...Tidak !!!.Hanya kesalahan bahasaYang berakibat pada komunikasiMenabrak dinding - dinding adab yang mulai rapuh oleh usia.Kedewasaan salah arah.Ya, kedewasaan yang tidak di topang oleh tiang - tiang pengetahuan yang kuat.Ternyata, kedewasaan tidak lahir dari terowongan Mina ataupun Casablanca,Bahkan kedewasaan tidak tergambar pada lembar - lembar rupiahAtaupun cincin bermata berlian.Kedewasaan itu, ada pada olah fikir yang dibungkus rapi oleh pengetahuan.2013
AsaAda galau menapaki lakuDi tiap derap langkah malamKetika rindu tak lagi punya maknaSedang diam pun menepis kataKeraguan menyelinap dalam diamDiantara sederet kalimat pastiTitik jatuh terhempas lepasDi pangkuan ribuan kataEntahlah….Galau meluluhlantakkan rasaMakna pergi bersama tarian malamIringi kelam dalam sepi2013
NOTANGKu angkang matano siupSaribu arap ku tulang doAda ke jangi ruanaNongka ku bajangi ke jangiLamen nan po lok ateKu santuret kewa ikhlasIkhlas ate ku ke kauMara jangi matano siupSatendrang pangitamu eraSatendrang gama pangitamu adiLamen ada si jangi tu kitaMa nyaman tu baturet lengBaturet leng baturet ateTu santuret gama ke panyaduLako rempan nene’ kuasaAmpen ku rama penoTa ku balajar balawasSanempas gama ka sala’2013
Malam Ke Tiga Di Ujung SumbawaIKali ini,Di atas pelataran sunyi,Ku coba berdamai dengan hatiWalau rindu menawarkan berjuta asa.Bergantung pada ranting – ranting raguIIMeratapi rasa di pelataran dukaKetika sunyi menggulung bebasMenjilati luka yang hampir keringRinduku berulang di tetes heningPadamukah ??Yang pernah menebarkan asaDi rentang waktu senyapLalu,kau luluhlantakkan dalam diamEntahlah.III
Di pojok Graha Satelit
Sepotong malam
Tersipu di tengah riak kelam
Melangkah perlahan dalam buaian gerimis
Dingin mencibir rinduku
Menyapa sepi di ujung trotoar
Hmmm...perlahan ku tutup ujung jari kaki
Agar angin tak lagi mengelus.IVJiwa Menepis lagu dalam alunan nada keempatMerancukan nafas pada ketukan pertengahanHati terperangah,tersentak diam dalam marahHingga terhenti tak tahu arah.2013
MAHASISWAKU UAS WAS….WAS….Jemari lentik tarian gemulaiMainkan tinta di kertas putihTorehkan kata demi kataKaitkan makna demi maknaDalam lenggang lenggok ragu dan galauPulpen terjatuh di atas tanyaSandarkan kepala di jemari lunglaiTarian terhenti bukan letihTapi kata berlari pergiTentukan makna sendiri – sendiriDiantara kasak kusuk tanpa pastiTarian jemari mulai lagiKali ini, bukan pulpen di mainkanTapi lembar – lembar kertas yang tersimpanMencari kata yang bersembunyiPulpen bangkit dalam jemariKata – kata berhamburan, dahulu mendahuluiPaksakan makna mainkan iramaTarian jemari ternodaiJemari lentik tarian gemulaiTanpa lagi hiraukan lakuNada dimainkan tanpa kakuHabiskan kata yang tersisaHingga titik terjatuh ke lantaiLalu pergi ikuti angin lewati pintuDalam takut dan pasrahJemari lentik tarian usaiPulpen tergeletak pasrah di atas kata – kataYang terpindah dari lembar tersimpanTanpa titik mendampingiHanya makna tertidur mencibirDi atas kertas yang terus mendehem.S. Ikhsan 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar