Ada rasa yang mendesir dalam hatiku, ketika empatpuluh sembilan kali sinar mataku mengarah padamu. Senyummu membiaskan kesejukan ketika duapuluh Tiga kali mataku dan matamu beradu pandang. Sayang, sampai kita sama - sama pergi, tak satupun diantara kita yang melepaskan ego untuk memulai menyapa. Bahkan hanya sekedar katakan " hay, apa kabar " atau apalah sebagai basa basi untuk melangkah satu tahap ke depan. Saat ini, rinduku berbaur dengan sesalku.
Kamis, 06 November 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
رَ بَّنَا ا نْفَعْنَا ِبمَا عَلَّمْتَنَا رَبِّ عَلِّمْنَا الَّذِي يَنْفَعُنَا, رَبِّ فَقِّهْنَا وَفَقِّهْ اَهْلَنَا وَقَرَابَات لِّنَا...
-
NOTANG Ku angkang matano siup Saribu arap ku tulang do Ada ke jangi ruana Nongka ku bajangi ke jangi Lamen nan po lok ate ...
-
Gudang Garasi: SANDIWARA RADIO TUTUR TINULAR : Dulu, sebelum ada banyaknya stasiun televisi, radio merupakan sarana hiburan yang banyak dige...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar