Telah tergurat sekelumit gita tentang sebuah kehausan,
di atas helai - helai daun kita adikku.
Tiada ku tahu tentang kita
yang telah kehilangan tetes - tetes getah,
tiada kutahu tentang kita
yang telah terkulai layu dan lusuh.
Walau kerapkali nuansa selangit ingin
lantunkan tembang cinta membahana.
Itulah kita adikku.
Kita yang tak pernah tahu tentang segudang isyarat
yang hilang, hancur dan punah,
terbawa fenomena yang indah
yang memang telah lama pergi.
Celotehpun kehilangan nada
saat bayu bisikkan kalimat bisu.
Dan helai - helai daun kita menguning, mengering,
lalu jatuh terbang terbawa asa.
Hingga bersemayam di atas gumpalan - gumpalan awan hitam.
itulah kita adikku,
Kita yang tak pernah tahu guratan - guratan hari esok
walau selaksa hari telah tergenggam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
رَ بَّنَا ا نْفَعْنَا ِبمَا عَلَّمْتَنَا رَبِّ عَلِّمْنَا الَّذِي يَنْفَعُنَا, رَبِّ فَقِّهْنَا وَفَقِّهْ اَهْلَنَا وَقَرَابَات لِّنَا...
-
NOTANG Ku angkang matano siup Saribu arap ku tulang do Ada ke jangi ruana Nongka ku bajangi ke jangi Lamen nan po lok ate ...
-
Gudang Garasi: SANDIWARA RADIO TUTUR TINULAR : Dulu, sebelum ada banyaknya stasiun televisi, radio merupakan sarana hiburan yang banyak dige...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar