Kamis, 08 September 2011

Tiya Itu Maharani.....

     TIYA itu MAHARANI
 SIKSA' 2011
Maharani,adalah seorang mahasiswi semester lima prodi Bahasa dan sastra Indonesia,yang baru saja kuketahui nama lengkapnya setelah hubungan asmaraku dengannya berakhir. Aku hanya mengenal gadis itu dengan nama Tiya. Padahal seharusnya aku lebih tahu dan memang harus tahu,paling tidak sekedar namanya yang tercantum di absent mahasiswa. Apalagi aku adalah salah satu dosennya. Tapi, aku terbentur oleh oleh sebuah sikap yang menuntut aku harus seobyektif mungkin dalam pengambilan nilai. Dan untungnya, Tiya  tidak pernah menuntut aku dalam hal ini.
Seorang gadis yang menurutku lumayan cantik. Rambutnya yang hitam panjang selalu diikatnya dengan rapi dengan menyisakan beberapa helai di belakang telinga. Aku beberapa kali mengintip rambut itu ketika dia duduk disampingku dan beberapa kali pula aku harus malu karena ketahuan. Ah, betapa inginnya aku menyentuh rambut itu walau hanya dengan ujung jariku.
     Suasana kampus sore itu sudah agak sepi ketika Tiya kulihat berdiri di pintu ruang kelas. Kemudian berjalan menelusuri teras menuju ruang dosen. Kupikir dia pasti mencariku, karena sempat kulihat beberapa kali dia menoleh ke belakang seolah – olah ada yang dicarinya. Aku langsung keluar dari ruang dosen dan menunggunya di depan pintu. Dia tersenyum ketika melihatku menunggunya.Tiya….Tiya….Betapa manisnya senyum itu.
“ Pulang sekarang,Dik “,kataku menyapa
“ Terserah, Kak. Kalau kakak udah nggak ada kegiatan “, katanya lembut.” Tapi kalau kakak masih ada kegiatan, aku bisa nunggu di Perpustakaan kok “, lanjutnya.
“ Udah sepi nih,pulang yuk “,kataku. “ Aku ngambil motor dulu ya ?”,lanjutku sambil aku melangkah ke tempat parkir.
     Sepanjang jalan menuju ke rumahnya, kami tidak banyak bicara. Kebetulan aku juga nggak terlalu biasa ngobrol saat mengendarai motor. Hanya sesekali Tiya mengingatkan aku agar bawa motornya pelan – pelan. Takut jatuh katanya. Seperti biasanya,sesampai rumahnya aku langsung pamit. Dan seperti biasanya pula Tiya selalu mengharapkan aku untuk mampir,walau alasanku Cuma itu – itu saja, udah terlalu sore, atau kapan – kapan aja.Ah, seharusnya aku bisa meluangkan waktuku sedikit buatnya. Tetapi, memang keadaan yang menuntut aku seperti itu.
“ Ah, seandainya kamu tahu tentang aku, Dik “. Kataku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar