I
Betapa gamangnya aku
ketika terombang ambing ketidakpastian
akan sebuah keinginan rasa
yang kerapkali hadir disetiap deretan tanyaku
bahkan di waktu dan masaku
Kucoba menata sikap.agar kupahami makna diri
akan hasrat bukanlah kesia-siaan
Inikah isyarat yang tertancapkan
pada dinding- dinding rembulan.
Isyarat akan sebaris syair tentang asa
Yang jadikan diamku tersentak.
Entahlah……
Sedang diampun tak terduga
Kata tergurat menepis hati tersimpan
Tak ku tahu akan laku gugurkan jiwa
Sepi...tak bertuan
Ragu menemani langkah menoreh hampa
Aku telah mati di persimpangan.
Suatu kali,
Pernah ku tancapkan selaksa kata
lewat angin yg berhembus.
Kau tertunduk,pasti
Suatu kali,
Pernah ku gurat sederet kalimat
di atas selembar ragu
Kau bingung,tinggalkan aku.Rinduku melunglai
Ketika ragu bertengger pada ranting asa
Diam menepi dalam kegamangan.
Kau datang menggurat senyum dibibir kelam
Meramu kata jadi syair yang indah
Kunikmati walau tanpa tegur sapa
Karena suara kehilangan nada
Kesan tak bertanda,pesan tak bermakna
III
Ada yang terlupa Ketika ingatku menukik diam
Di antara sorak sorai kalut
Kegamangan bangkitkan rindu.....
Di sudut diam,ku terpekur bisu
Meraba ingatku pada yang terlupa
Di sepanjang lekukan kisah
Ketika nyanyian rasa bukan lagi punyaku
Ketika tawa tak lagi setulus mentari
Ku terpekur bisu
Meraba ingatku pada yang terlupa
Di setiap sudut kisah yang pergi
Lupaku merajuk kuasai sudut waktu
Meraba kalbu
Ku rasakan keangkuahanku
Ketika rindu tak lagi punya kata
Ku telanjangi sesalku
Ketika sukma tak lagi punya raga
Sepiku terbungkus jilbab ungu......
Ada sujud dalam angkuh
Ada do'a dalam dosa
Ada sesal dala asa
Ada kau dalam aku
Ada cinta dalam dusta
IV
Kata mengurai luka Dalam kalimat panjang
Dengan sebuah tanda tanya mengakhirinya
Beribu-ribu kali
Sepi menyapa mencibir ragu
Menatap kalimat dalam rindu.
Sepotong malam
Tersipu di tengah riak kelam
Melangkah perlahan dalam buaian embun
Dingin mencibir rinduku.....
V
Aku adalah kata
Dari sekumpulan kalimat tanpa titik
Dalam sebuah paragraf yang panjang.
Tapi bukan kalimat - kalimat rancu
yang jadikan paragraf tanpa ide pokok
VI
Inginku jadi mentari
Yang tak hanya terangimu,juga dia
Tapi...ku cuma kerdip lilin
Yang hanya mampu terangi sudut ruang
Walau sesekali jilati tirai jendela...
VII
Kala gita berganti
Mengubah syair ciptakan nada
Mengalun syahdu lewat hembusan angin
Simaklah,agar kau tahu kesan yang tak bertanda
Rasakanlah, agar kau pahami makna yang tersedia
Malam bergulir perlahan
bagai tembang mencumbui kisi-kisi hati
membelai sukma dalam hayal
di sini...ku gurat kata
buat jiwa yang terpaut dengan jiwaku
buat jari-jari yang menancapkan kedamaian
buat wajah yang tak lepas dari ingatku
buat nama yang selalu hadir bersama nafasku......
VIII
|
|
|
Malam di tengah perjalanan
Mestinya ada makna
Atau paling tidak sederet kata.......
Di manakah rembulan |
|
|
.......................................... Yang kerapkali terangi berandaku ?? |
|
|
Kita yang datang menggurat senyum di sudut malam
memanjat do'a di bibir kelam
harap sederet kisah
tanpa sanggup hayati makna hidup
Kita tahu,kerinduan adalah nyata
pada asa yang diam..........
X
Padamu
Tertumpuk rindu di bak sampah
Bekas surat cinta yang belum jadi
Padahal malam hampir usai.
XI
Buat cerita yang mengalir tanpa kesan
Buat kisah yang pergi tanpa pesan
Buat cinta yang hadir tanpa kepastian
Ku gurat kata pada laksaan diam....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar